Saturday, May 30, 2020
Monday, August 26, 2019
Saturday, June 23, 2018
Wednesday, November 8, 2017
M a t i
Anak
ini bertanya tentang suatu persoalan
Pertanyaan
kepastian yang melengahkan
Tentang
nanti ketika ayah tua, akan mati kah ?
Suaranya
pun menjadi begitu gelisah
Ya
setiap yang bernyawa akan mati
Akan
berjumpa dengan Ilahi
Cinta
‘kan dengan Rabbul Izzati ?
Untuk
itu kita harus hidup dan mati
Hari
ini kita bisa berbuat pahala atau dosa
Yang
berguna atau sia-sia
Dan
ketika mati semua terhenti
Mengedip
saja kita tak bisa lagi
Berdo’a
saja
Agar
ketika mati tiba
Kita
sedang berbuat pahala
Bukan
sedang berbuat cela
Karena
ada nanti
Orang
setelah mati minta hidup lagi
Guna
berbuat sejuta manfaat
Namun
pintu taubat sudah tertutup rapat
Berdo’a
saja
Agar
kita bukan orang yang dimaksud
Kita
adalah orang yang dulu rindu
Pada
pertemuan seperti ini
Dan
engkau sang anak
Yang
nanti berkirim kebaikan
Mengalir
seperti aliran sungai
Pada
ayahmu di alam penantian
Dalam
gelap tak dapat kulihat wajahnya
Hanya
suaranya tak lagi terdengar resah
Ya
Rabb, hanya Engkau sebaik pemelihara
Tempat
manusia bersandar atas segalanya
Wednesday, March 29, 2017
Pengelana
Kakinya
tertatih
Tapi
tak letih semangatnya
Terus
menyeret langkah
Panjang
tak berhenti
Pengelana
bersandal debu
Singgah
menuju luasnya samudera
Menyelam
sampai dalam
Memungut,
menjalin mutiara dan permata
Waktu
demi waktu
Di
antara angin
Hujan
dan matahari
Tangannya
bergetar
Tegaknya
tak lagi sempurna
Sekian
lama berkelana
Walau
nikmatnya perjalanan
Tempat
tinggal selalu dikenang
Pulang
yang terbayang
Dimana
asal muasal berawal
Janji
terucap menjadi hutang
Saat
harus membayar
Dengan
buah tangan
Berupa
untaian mutiara peribadatan
dan
permata kebaikan
tujuan sebab
insan hidup di alam fana
Palembang, 29 Maret 2017
Monday, January 30, 2017

Teman Sepuh
Langkah
tapak sepuh
limbung
di jalan berbatu
Di
kening mengucur peluh
Berjalan
menuju rumahMu
Di garis
wajah
Keriput
terlihat jelas
Begitu
tabah
Senyum
ikhlas
Tak ada
sakit hati
Tak ada
iri dengki
Tak ada
tersinggung
Tak ada
dada membusung
Sudah
kenyang
Dalam
kemiskinan
Sudah
tak dikenang
Banyak penderitaan
Tak
berhenti kau ayunkan langkah
Menuju
rumahNya
Dimana
harapan nyata
Bukan
di rumah-rumah manusia
Sampai
sakit menghentikanmu
Kini
engkau terbujur kaku
Dulu
langkah-langkahmu tertatih ke masjid yang dituju
Kini
kami yang tertatih memikul kerandamu
Saatnya
engkau temui penciptaMu
Yang
menciptakan segala skenario hidupmu
Semoga
engkau ditempatkan disisiNya
Pada
tempat yang paling mulia
Selamat
jalan teman sepuh kami…
31 Jauari 2017
Tegar
Air mataku sudah tumpah ruah
Menangis dalam kesedihan medalam
Mungkin tak tersisa lagi
ketika timbunan terakhir menimbun pusaramu
Ayah
Kini aku tegar
Tak larut dalam sedih
Sebab demikian karang ditempa laut
Tak pernah ia bergeming
Karena ia karang
Bukan pohon tumbang
Mungkin engkau bisa menatapku
Aku tersenyum Ayah
Bahkan aku sangat bergairah dalam hidupku
Sebab ada banyak petuahmu yang pernah
kudengar
Mejadi tanaman subur di kepalaku
Dan aku akan merawatnya satu per satu
Mungkin aku berbeda denganmu Ayah
Aku tak bisa sama denganmu walau betapa
inginnya engkau
Tapi aku bukan ayah
Aku anakmu yang memiliki harapan sendiri
Mengarungi kehidupan dengan caraku sendiri
Dengan namamu terpahat di jiwaku Ayah
Bersama do’a-do’a yang kupanjatkan
Setiap saat
Kupintakan rahmatNya selalu meliputi
15/1/2017
Subscribe to:
Posts (Atom)
