Seperti biasa mad tiga digelar, ini acara untuk mengumumkan dana hasil penghitungan Tim desain dan rab. Agenda demi agenda acara dilalui dengan seksama. Mulai menyanyikan lagu Indonesia Raya sampai Padamu Negeri. Pak Camat yang diwakili Kasi Trantib mulai beruluk salam menyampaikan pengarahan, petatah petitih sebagai orang yang dituakan. PjOK tak ketinggalkan berkicau mengharap dukungan dan partisipasi dari segenap pelaku PNPM di kecamatan. BKAD dan FK-FT pun kemudian menyusul, turut menyampaikan sambutan dan ada banyak kesepakatan forum yang disepakati.
Singkat cerita, sampailah pada agenda penyampaian jumlah dana yang diterima oleh masing-masing desa. Bla..bla..Ketua BKAD yang didaulat membacakan hasil penghitungan Tim Teknis. Runtut membacakan satu per satu. Selesai. PjOK pun membubuhkan tanda tangan, pun BKAD. Sudah ? Ternyata belum. Tanya jawab dan perdebatan sengit terjadi. Apa pasal ? Desa yang usulannya melebihi 350jt, dibatalkan. Karena desa tak sanggup untuk swadaya. Tidak terima usulannya dibatalkan, protes terjadi. Peserta mulai panas, ada yang sempat mengeluarkan kata-kata pedas, yang lain tersinggung. Adu jotos pun sempat dilontarkan sebagai pilihan menyelesaikan masalah. Suasana semakin hangat, tepatnya panas. FK,FT, PjOK, BKAD memberikan pengertian, namun tetap tidak puas. Masalah pun menjalar kemana-mana. Jadi tidak jelas pasal mana yang diprotes. Jam sudah dua belas siang. “Saatnya makan dulu”, Tawar FT. Usul pun tak ada yang menolak. Habis makan lanjut lagi. Keadaan mereda. Desa yang tidak puas memberikan solusi. Boleh dibatalkan asal tahun depan dicarikan solusinya agar bisa dilaksanakan, kalau tidak dari pnpm dari dana lain. “Masalahnya masyarakat sangat berharap betul usulan ini direalisasikan..” Sungut Ketua bpd. Solusi pun diterima forum mad. Semua senang ? Belum. Pak Kades dari desa tetangga yang duduk di barisan kedua, yang sempat panas juga ada protes ketidak puasan ini mulai berulah. Cekatan mengambil kursi plastik dan melemparnya, hampir mengenai bu lurah yang duduk di depannya. Apa pula Pak Kades ini. Ternyata kursi plastik yang diduduki sang kades yang berbadan ukuran jumbo ini tak tahan lagi menahan beban Sang Kades. “Bruuukk..” Kaki kursi pun patah dan Pak Kades pun dengan sangat menyesal harus jatuh. Semua tertawa. Pak Kades hanya mesem-mesem, sambil menggerutu dilemparnyalah si kursi tua itu. Begitulah..dan mad pun berakhir..
No comments:
Post a Comment