Alam raya berjalan seperti apa adanya, karena ada keseimbangan. Kita manusia hidup di dunia bertahun tahun hanya untuk belajar bahwa bagaiamana agar bisa hidup seimbang. Ketika kita salah belajar, maka ketidakseimbangan akan membawa kita kepada situasi yang tidak nyaman. Untuk menjadi yang seimbang ada banyak instrumen yang membuat kita tidak nyaman. Bukan karena keseimbangan itu sendiri, tapi karena ketidakmampuan kita menyeimbangkan diri dengan keseimbangan. Mulai saat kita bangun dari tidur, sampai kita tertidur lagi, setiap detiknya seharusnya kita bisa belajar tentang keseimbangan dan berada pada posisi seimbang. Demikianlah yang membuat bumi tetap menggantung, berputar tak ada tali yang menahannya, tak ada tiang yang menyangganya, tapi sampai saat ini bumi masih berputar pada porosnya. Sampai saatnya nanti ketika ada bagian-bagian akan menjadi tidak seimbang bumi akan hancur. Tapi dalam hal menjaga keseimbangan, saat ini, bumi adalah contoh keseimbangan yang seharusnya. Dan kita manusia adalah pelajar yang paling sering gagal dalam hal belajar keseimabangan ini. Namun begitu tidak sedikit pula yang berhasil.
Kebaikan, akan muncul ketika keseimbangan ada. Tidak bisa tangan kanan berbuat baik, sementara tangan kiri berbuat jahat. Berpetuah dan memukul dua hal yang tidak bisa berkumpul. Ketika kita berpetuah tentang kebaikan, seharusnya tanpa dengan pukulan. Memukul adalah batas frustrasi wujud selain dari wujud kemarahan juga wujud ketidakmampuan kita berpetuah untuk berbuat baik dengan benar.
Dengan mematikan lampu milik saudara kita hanya membuat sekitar kita menjadi gelap. Lampu kita sendirian dan tak ada cahaya yang cukup untuk melihat di ruang hidup yang teramat luas. Bahwa teman dengan lampunya seterang apa dan seredup apa adalah tetap cahaya yang membuat ruang menjadi lebih terang.
Tidak semua harapan harus menjadi kenyataan. Sebab dengan demikian akan selalu membuat kita berharap. Segalanya tidak harus menjadi pasti, karena ketidakpastian akan membuat kita lebih pasti dapat memastikan bahwa kita selalu dapat bersabar. Ketika kita bisa bersabar mungkin detik berikutnya tidak terjadi apa-apa. Areal sabar teramat luas, tidak sempit, jaraknya jauh tidak dekat. Maka kita akan menemukan kebaikan akibat sabar kita mungkin bukan detik berikutnya, tapi sekian milyar juta detik berikutnya. Atau bahkan tidak sama sekali di sini di ruang hidup ini.
Sedangkan ketidaksabaran tearmat sempit, dekat dan dangkal. Mencelupkan tinta keburukan ke dalam gelas ketidaksabaran maka segera akan membuat seisi gelas menjadi gelap gulita.(*)
No comments:
Post a Comment