Sore menjelang maghrib, pemuda itu berusaha memperbaiki motornya yang mogok. Di tengah jembatan dengan kendaraan berseliweran cepat masing-masing pengendara seperti berlomba ingin cepat tiba di rumah masing-masing untuk menikmati buka puasa bersama keluarga di bulan ramadhan itu. Buka sana
buka sini, pasang sana pasang sini, motor tetap saja membisu tak ada tanda-tanda kehidupan. Keringat mulai mengucur dari jidat, baju mulai basah tersiram peluh. Tempat yang dituju masih jauh, bengkel sudah mulai tutup. Sepertinya mendorong kendaraan roda dua ini satu-satunya jalan untuk segera berlalu dari tempat itu. Pemuda itu segera memberesi kunci-kunci yang berserakan, membungkusnya dan memasukkannya di bagasi motor. Siap-siap mendorong motornya. Tiba-tiba ada motor lain berhenti di depan si pemuda, seorang laki-laki berbadan agak jangkung.
"Pulang kemana dik," Tanya pengendara
"Ke jalan abc bang.." Jawab si pemuda.
Laki-laki itu melepas ikat pingganya yang terbuat dari kulit dan mengikatkannya di bagian belakang sepeda motornya.
"Nih adik pegang ujungnya, biar abang yang tarik," Jelas lak-laki itu.
"Pucuk dicinta ulam tiba nih" Tercenung si pemuda.
"I-iya bang..." Lanjut pemuda sadar dari lamunannya.
Dan jadilah motor si pemuda itu ditarik oleh motor lak-laki itu. Di tengah perjalanan tak henti-hentinya si pemuda memuji kebaikan laki-laki itu, dalam hati ia menjulukinya dengan laki-laki berhati malaikat. Di zaman dengan ciri individualistis seperti sekarang ini tenyata masih ada terselip semangat kepedulian. Ada pelajaran berharga yang diterimanya hari itu. "Dapatkah aku mencontohnya ?" Batin si pemuda. Keringat di keningnya terlihat mulai mengering tertiup angin sore itu. (*)
No comments:
Post a Comment