Sunday, July 17, 2011

Maher Zain Insya Allah (feat. Fadly Padi)

ketika kau tak sanggup melangkah
hilang arah dalam kesendirian
tiada mentari bagai malam yang kelam
tiada tempat untuk berlabuh
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
bertahan terus berharap
Allah selalu di sisimu
reff:
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
every time you commit one more mistake
you feel you can’t repent and that it’s way too late
you’re so confused wrong decisions you have made
haunt your mind and your heart is full of shame
but don’t despair and never lose hope
’cause Allah is always by your side
reff2:
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah you’ll find a way
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
turn to Allah He’s never far away
put your trust in Him, raise your hands and pray
oh Ya Allah tuntun langkahku di jalanmu
hanya engkaulah pelitaku
tuntun aku di jalanmu selamanya
reff3:
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah we’ll find our way
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah we’ll find our way

Wednesday, July 13, 2011

monogram di kata kosmos

Alam raya berjalan seperti apa adanya, karena ada keseimbangan. Kita manusia hidup di dunia bertahun tahun hanya untuk belajar bahwa bagaiamana agar bisa hidup seimbang. Ketika kita salah belajar, maka ketidakseimbangan akan membawa kita kepada situasi yang tidak nyaman. Untuk menjadi yang seimbang ada banyak instrumen yang membuat kita tidak nyaman. Bukan karena keseimbangan itu sendiri, tapi karena ketidakmampuan kita menyeimbangkan diri dengan keseimbangan. Mulai saat kita bangun dari tidur, sampai kita tertidur lagi, setiap detiknya seharusnya kita bisa belajar tentang keseimbangan dan berada pada posisi seimbang. Demikianlah yang membuat bumi tetap menggantung, berputar tak ada tali yang menahannya, tak ada tiang yang menyangganya, tapi sampai saat ini bumi masih berputar pada porosnya. Sampai saatnya nanti ketika ada bagian-bagian akan menjadi tidak seimbang bumi akan hancur. Tapi dalam hal menjaga keseimbangan, saat ini, bumi adalah contoh keseimbangan yang seharusnya. Dan kita manusia adalah pelajar yang paling sering gagal dalam hal belajar keseimabangan ini. Namun begitu tidak sedikit pula yang berhasil.
Kebaikan, akan muncul ketika keseimbangan ada. Tidak bisa tangan kanan berbuat baik, sementara tangan kiri berbuat jahat. Berpetuah dan memukul dua hal yang tidak bisa berkumpul. Ketika kita berpetuah tentang kebaikan, seharusnya tanpa dengan pukulan. Memukul adalah batas frustrasi wujud selain dari wujud kemarahan juga wujud ketidakmampuan kita berpetuah untuk berbuat baik dengan benar. 
Dengan mematikan lampu milik saudara kita hanya membuat sekitar kita menjadi gelap. Lampu kita sendirian  dan tak ada cahaya yang cukup untuk melihat di ruang hidup yang teramat luas. Bahwa teman dengan lampunya seterang apa dan seredup apa adalah tetap cahaya yang membuat ruang menjadi lebih terang. 
Tidak semua harapan harus menjadi kenyataan. Sebab dengan demikian akan selalu membuat kita berharap. Segalanya tidak harus menjadi pasti, karena ketidakpastian akan membuat kita lebih pasti dapat memastikan  bahwa kita selalu dapat bersabar. Ketika kita bisa bersabar mungkin detik berikutnya tidak terjadi apa-apa. Areal sabar teramat luas, tidak sempit, jaraknya jauh tidak dekat. Maka kita akan menemukan kebaikan akibat sabar kita mungkin bukan detik berikutnya, tapi sekian milyar juta detik berikutnya. Atau bahkan tidak sama sekali di sini di ruang hidup ini.
Sedangkan ketidaksabaran tearmat sempit, dekat dan dangkal. Mencelupkan tinta keburukan ke dalam gelas ketidaksabaran maka segera akan membuat seisi gelas menjadi gelap gulita.(*) 

Thursday, July 7, 2011

Sajak Waktu


I
Seperti angin,
waktu mengarak kita pada suatu tempat,
dimana aku dan dirimu begitu dekat,
merangkai awan dan hujan dengan senyuman.
Dan panas tak membuatnya lekang,
Lalu keduanya bercerita tentang bunga, dahan
dan matahari.

II
Seperti awan,
Waktu juga berarak,
Langit gelap mengepung pekat
Tanpa serpihan cahaya
Menyimpan rembulan
dan ruas jalan
Kumenapak
Sepenuh tawakkal

III
Seperti pepohonan
waktu-waktu juga bertumbuhan
dan berjatuhan
Bunga, dahan dan dedaunan
Silih berganti
memang kehidupan
dan bumi bergerak berputar
Walau tanpa suara
Tapi cukup untuk didengar
bahwa ruang, waktu, bentuk, warna
adalah fana
07 Juli 2011

Thursday, June 2, 2011

Karang Pinggan

Ketek (Perahu kecil bermesin) adalah satu-satunya alat transportasi yang bisa digunakan untuk menuju Lingkungan Karang Pinggan, Kelurahan Muara Kulam, Kecamatan Ulu Rawas. Kebutuhan akan jalan sebagai jalur transportasi darat yang lebih murah ongkosnya dan lebih aman adalah kebutuhan yang mendesak untuk segera dilaksanakan. Ada empat lingkungan yang tergolong terisolir di Kelurahan Muara Kulam ; Batu Tulis, Karang Pinggan, Bukit Cinau, Sendawar. Jumlah Kepala Keluarga yang mendiami masing-masing lingkungan ini memang belum banyak. Berkisar 40-70. Tapi sebagai bagian dari sebuah kelurahan, lingkungan ini tidak kalah berjasa dalam memberi kontribusi menghidupkan perekonomian di sini. Karet, sawah, durian, duku, hutan dan lain-lain adalah salah satu contoh sumber daya alam yang ada di lingkungan ini. Harga BBM yang terus melonjak menyulitkan mereka dalam membuka akses diri ke luar. Sungai Kulam, sebagai sarana jalur transportasi sungai, kondisinya cukup memprihatinkan. Saat kemarau, sungai menjadi dangkal. Ini menyulitkan hubungan ke luar karena ketek akan sulit lewat karena nyangkut di batu. Kalau sungau terlalu besar pun akan kesulitan karena arusnya yang cukup deras. Beruntung masyarakat di sini sudah piawai dan terbiasa dengan kondisi alam seperti ini. Jalur sungai yang deras, batu-batuan yang banyak di dasar dan tengah sungai. Ketek-ketek kecil ini lincah menyelip di antara bebatuan yang menyembul di permukaan sungai. Arus yang deras, ketek yang terbawa arus setiap saat siap untuk menghantam batu-batu ini, bila si sopir ketek lengah atau kurang hati-hati. Orang yang sudah tua, anak-anak yang masih kecil, setiap saat sudah akrab dengan kondisi seperti ini. 
Jalur transportasi darat berupa pembukaan jalan adalah alternatif jalur transportasi yang menjanjikan. Dengan adanya jalan biayanya transport jadi murah dan waktu perjalanan jadi singkat dan aman. Usualan ini sealu diusulkan masyarakat di lingkungan ini. Tetapi selalu saja kandas karena banyak alasan. Masyarakat sudah mulai bosan dengan menunggu dan menunggu. Inisiatif untuk swadaya membuka jalan sendiri adalah uapaya yang ditunjukkan masyarakat di sini bahwa mereka betul-betul serius dan membutuhkan jalan tersebut. Jalan yang ini sudah dibuka yang sudah bisa dilewati motor mulai dari Muara Kulam sampai batu tulis. Saat ini kondisinya masih tanah dan licin bila hujan. Jaraknya sekitar tiga kilometer. Dari Batu Tulis ke Karang Pinggan sekitar lima meter, Muara Kulam ke Sendawar sekitar tiga kilometer dan jalannya juga belum ada.  Hanya lewat sungai. Kita cuma bisa berharap mudah-mudahan jalan-jalan ini secepatnya dibangun.(*)

Monday, April 11, 2011

Ceramah Ustadz Sulaiman (2) : Sholat sebagai Ar-risalah

Perempuan itu, sebut saja namanya Aminah, berprofesi sebagai tukang urut. Sebuah profesi yang memang  kalah keren dibanding dengan profesi, Jamilah, tetangganya yang memiliki profesi sebagai pegawai negeri sipil di sebuah kelurahannya. Tapi sebagai seorang Muslimah di hadapan Allah SWT Si Ibu Tukang Urut ini sepertinya lebih mulia. Apa pasal ? Ibu Aminah dan ibu Jamilah ini teman satu pengajian di masjid di kelurahan  mereka. Mereka sama-sama sholat lima waktu. Kadang-kadang terlihat sholat berjamaah di masjid. Kadang-kadang di rumah masing-masing.  Tapi yang menarik dari ibu Aminah, dia sudah mempraktekkan sholat sebagai sebuah hakikat bukan semata-mata gerakan syariat dan sholat sebagai ar-risalah atau pendidikan. Gerakan rukuk dan sujud adalah pendidikan dari Allah SWT agar sering-sering menunduk ke bawah hingga menjadi manusia yang rendah diri (hati), tidak sombong. Setidaknya ada beberapa kejadian yang dicatat oleh masyarakat sekitar mengenai kemualiaan hati Ibu Aminah ini. Salah satunya begini : Al kisah ibu Aminah naik becak, dari pasar ke rumahnya. Di tengah perjalanan dia bercerita dengan tukang becak. Sampailah tukang becak ini curhat. Intinya, tukang becak mengeluh tentang setorannya hari itu. Hasil pekerjaan seharian hanya cukup untuk makan dan setoran. "Memangnya berapa setorannya ..?" Tanya ibu Aminah. "Lima Ribu.." Jawab Tukang Becak. "Ooo.." Timpal ibu Aminah panjang. Hingga akhirnya sampai di rumah ibu Aminah, Ibu Aminah turun, menanyakan ongkosnya berapa. "Lima Ribu..." Jawab Tukang Becak. "Ini lima ribu untuk ongkos..lima ribu lagi untuk setoran kamu..." Ujar Ibu Aminah menyodorkan dua lembar lima ribuan kepada si Tukang Becak. Wajah si Tukang Becak sumringah bagai bunga yang baru merekah. Wajahnya berseri-seri bagai ketiban durian runtuh. "Wahh..tengkyu banget nek..." Ujar si Tukang Becak. Ibu Aminah. Memang cuma lima ribu, tapi bagi si Tukang Becak, ini seperti lima juta. Karena jarang-jarang ada penumpang yang berbaik hati memberi uang. Kalau yang nawar, mengurangi banyak. Ini si Ibu Aminah secara sederhana sudah mampu mempraktekkan gerakan rukuk dan sujudnya dalam sholat ke dalam kehidupan sehari-hari. Tentu kita dengan latar pendidikan, profesi, jabatan masng-masing dituntut untuk dapat mengaplikasikan hakikat sholat dalam kehidupan sehari-hari. Hingga jangan sampai kita termasuk golongan orang-orang yang celaka dalam sholatnya seperti diceritakan dalam surat al-Ma'un : 4-7 : ...Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.

Sunday, March 27, 2011

Ceramah Ustadz Sulaiman : Hakikat Shalat.

Shalat sebagai ibadah selain sebagai sebuah perilaku ritual seharusnyalah juga berdampak kepada perilaku sosial. Istilahnya, hablumminallah hablumminannas. Selain menjaga hubungan dengan  Allah swt sebagai Sang Kholik juga menjaga hubungan antar manusia agar berjalan sesuai dengan yang dikehendakiNya. Shalat harus dijalankan bukannya hanya rangkaian dengan rukun-rukunnya yang sudah disyariatkan, tetapi juga dilaksanakan dengan penuh kebermaknaan dalam khusyu'. Ada banyak kandungan hakikat yang terkandung dalam setiap gerakannya. Shalat adalah upaya kita berdialog dengan yang Maha Besar. Lebih besar dari segala yang ada di dunia. Kalau kita begitu takzim di depan penguasa di dunia, sepatutnylah kita lebih takzim kepada penguasanya para penguasa di dunia. Berdiri dengan betul, tegak menghadap wajah kepada Allah swt, berarti kita harus tegar dan konsisten, tidak mudah ragu bimbang kepada ajakan dunia yang membawa kepada keburukan. Takbir, kita mengangkat tangan dengan menghadapkan sepuluh jari ke muka, berucap Allahu Akbar, bermakna bahwa kita berserah diri dengan seluruh kelemahan kita kepadaNya. Kita baca iftitah, Kita hadapkan wajah kita kepada Allah swt, kita berjanji hidup dan mati kita hanya karena Allah swt semata. Kita baca alfatihah. Lalu rukuk kita menghadap ke bawah. Kita seperti diingatkan bahwa kita sering-sering menghadap ke bawah. Apakah sudah menyantuni anak yatim atau belum. Kalau belum berarti rukuk kita belum sempurna di hadapan Allah swt. Kita baca Subhanarobbiyal 'adzimi wa bihamdihi, tiga kali. Kita pahami maknanya kita memahasucikan dan memuji Allah swt. Disebut tiga kali karena kita ingin agar Allah swt jga mensucikan akal, rasa dan hati kita. Mensucikan akal kita yang sering nakal. Mensucikan hati kita dari iri, dengki, sombong, sering berbohong, menipu dan sebangsanya. Lalu kita sujud juga membaca tasbih. Kita cium bumi yang sudah berumur milyaran tahun ini. Lalu kita duduk antara dua sujud. Itulah hidup kita. Hidup kita di dunia ini sekarang seperti duduk antara dua sujud, sementara lalu kita sujud lagi mencium bumi. Awalnya kita berasal dari tetes yang hina. Dari sperma ayah dan sel telur ibu kita. Orang tua kita makan nasi, sayuran dan makanan lainnya yang asalnya ditanam di dalam tanah. Lalu makanan itu berubah menjadi sperma dan sel telur. Bertemu di rahim ibu jadilah kita. Kita hidup di dunia sekian lama lalu akan kembali ke dalam tanah lagi. Dikubur dan orang-orang yang kita tinggalkan menyebutnya dengan sebutan almarhum dan almarhumah. Yang dirahmati. Apa betul kita dirahmati ? Cuma sebutan di dunia. Di dihadapan Allah swt belum tentu sama sekali. (*)

Thursday, March 3, 2011

Life

Mensyukuri masih ada kehidupan, hari ini. Setiap saat setiap kesempatan, mencoba berterima kasih kepada Tuhan. Kehidupan adalah hadiah terbesar yang pernah kita terima. Kehidupan tak pernah menjanjikan apa-apa dari apa yang kita dapat lihat dan rasakan kini, bila keinginan hanya untuk menikmati dunia.  Dia hanyalah sebuah cerita nyata, kita pemainnya. Kita tahu apa yang harus kita perankan, pada kehidupan ini. Lampu, suara, warna warni. Asesoris dunia melengkapi. Kita berhak mendapatkan semuanya, dan kita wajib memanfaatkannya dengan maksimal. Inilah satu satunya kesempatan mahal, bernilai. Milyaran orang yang saat ini sudah wafat, pasti ada yang ingin sekali membeli kehidupan ini lagi. Uang yang dicari bertahun-tahun tak akan bisa membayarnya. Lalu sebab apa menyebabkab kita menyia-nyiakan barang yang teramat mahal ini ?