Wednesday, October 19, 2011

Menuju Malam Pertama


Kereta itu berhenti di depan rumahnya, menunggu dengan sabar. Bahkan di terik matahari tengah hari. Tidak sedikitpun dia bergeser dan menggerutu. Ia mempersilahkan segalanya ditunaikan. Dia tidak melarang ketika salam demi salam disampaikan oleh keluarga sang penumpang. Dia tidak marah ketika matahari semakin meninggi memanggangnya. “Silahkan jangan terburu-buru”, ucapnya pelan. Hingga setelah semuanya telah selesai sang penumpang pun masuk. Tiga sampai lima orang mengawalnya. Seperti anak panah yang terlepas dari busurnya, kereta itu melesat, tak mau dihalangi. Saat ini juga sang penumpang harus segera tiba ke tujuannya. Menuju malam pertamanya di sana. Malam yang bukan seperti malam yang lalu.  Malam yang begitu buta dalam gambarannya kecuali dari cerita dan buku-buku. Dan malam ini sang penumpang akan mengalaminya sendiri. Tak ada mempelai laki-laki atau perempuan yang menemani. Betul-betul sendiri. Bahkan tak ada yang mau diajak ke sana. Karena memang tiket diperuntukkan hanya untuk satu orang. Itulah tempat terkahir dari episode persinggahan anak manusia di dunia. Namun akhir kehidupan di dunia hanyalah sebuah awal dari perjalanan hidup kita sebenarnya. Untuk melanjutkan perjalannya menuju tempat berikutnya. Adakah bekal yang bermanfaat yang dibawa guna menemani kita dalam pelayaran nantinya ? Pelayaran yang panjang dan lama. Menyenangkan atau menderita, daftarnya ada di catatan yang sempat kita tulis ketika kita singgah di sebuah tempat yang bernama dunia. Tidak ada harta secuil pun yang kita bawa kecuali harta yang sempat kita sedekahkan. Tidak ada secarik ilmu yang bermanfaat kita bawa kecuali yang kita berikan ketika di dunia. Tidak ada satu pun anak kita yang mau ikut serta kecuali do’a yang pernah kita ajarkan kepadanya.

Pencuri Maling Pencuri

Kita selalu berusaha menghindar dari makhluk yang bernama pencuri. Sosoknya disegani sekaligus dijauhi karena kelakukannya yang akan merugikan khalayak ramai. Untuk mengusir dan berwaspada dari pencuri, kita rela begadang dengan cara meronda dengan siskamling. Pencuri bagai penyakit. Sekali tertangkap basah, langsung dihakimi massal. Bahkan ada yang sampai dibakar hidup-hidup. Padahal yang dicurinya hanya seekor ayam yang terkadang karena memang kepepet karena anak istrinya yang kelaparan di rumah. Demikianlah, pencuri. Tak ada orang yang menyenanginya.
But, tanpa disadari, kita setiap hari sedang memelihara pencuri di rumah kita. Kita memasukkannya di kamar anak-anak kita. Kita mendudukkannya di ruang tengah kita. Kita terkagum-kagum dengan keberadaanya. Tanpa kehadirannya terasa hampa. Kita secara sukarela pasrah dijarah setiap hari dan kita tak sanggup berbuat apa-apa. Pencuri satu ini layak musang berbulu domba. Pencuri ini bernama Mr. Television. Ya, TV. Apa yang kita takuti dari TV ? Tak ada. Karena seperti domba bulu-bulunya hanya memberikan kedamaian dan kenyamanan. Tanpa disadari, di dalamnya ada serigala yang telah mencuri waktu-waktu berharga kita. Acara demi acara tak mampu kita memfiletrnya, semuanya menggoda dan dianggap penting. Berapa lama kita dan anak-anak kita dihanyutkan oleh pencuri waktu satu ini. TV memang bermanfaat. Dengan kotak ajaib ini kita mengetahui apa yang terjadi di belahan dunia lain. Tapi ketika kita tidak bisa memfilternya, TV menjadi merugikan. Harus ada kiat-kiat untuk bersahabat dengan TV agar ia menjadi domba betulan dan bukan jadi serigala. Jadi kalau ada pencuri yang maling televisi, pencuri maling pencuri lah namanya. Selaras dengan judulnya lagu Bang Iwan Fals, maling teriak maling. Lalu bagaimana kiat-kiat agar TV tidak menjadi pencuri alias maling? Inilah peer kita. Silahkan sharing di sini.

Friday, September 9, 2011

Batu Betulis

Sungai Kulam yang melintas di Lingkungan Batu Betulis, terlihat bening walau dalam keadaan surut. Sungai ini digunakan masyarakat sebagai jalur transportasi dengan menggunakan perahu.

Salah satu ruas jalan ke arah Batu Betulis, pada saat musim hujan akan membuat jalan menjadi licin yang akan membahayakan pemanfaat jalan ini.
Batu Betulis adalah salah satu lingkungan yang ada di Kelurahan Muara Kulam. Menuju ke Lingkungan ini, harus melewati jalan tanah sepanjanga 3 km. Ada tiga belas jembatan kayu yang menghubungkan jalan karena dipisahkan tujuh anak sungai dan enam saluran dari persawahan.

Saturday, August 27, 2011

Ayahmu padamu

Ketika suatu malam sudah di puncaknya dan aku belum mau tertidur aku menatap dua pasang mata terlelap tenggelam dalam warna warni mimpi. Tiba-tiba aku tergelitik untuk mengetik kembali kata kata ini. Mudah-mudahan suatu saat kau bisa membacanya. Sebenarnya ini pernah kutulis dalam sebuah file word yang panjang lebar dan rinci. Disimpan di my document directory C, ketika ada virus yang kejam terpaksa diinstall dan hilanglah catatan itu. 
Ketika itu usia kandungan ibumu sudah memasuki usia persalinan. Ayah mengantar ibumu bersama yang lain ke rumah sakit. Melalui perjuangan yang teramat sulit. Akhirnya ayah mulai melihat, kepalamu mulai nongol, lalu tangan, badan dan kakimu. “Perempuan..” Yah kau si gadis kecil menjadi pelengkap hidup ayah dan ibumu. Aku membacakan iqomat di telinga kirimu. Memberikan sebuah nama sederhana, Nada. Kuberharap kau menjadi embun, penyejuk mata ayah dan ibu, agama juga bangsa. Setahun lebih kemudian, Si adikmu kembali nongol. Menjadi pelengkap keluarga kecil kita. Aku bacakan adzan di telinga kirinya eh salah, seharusnya yang kanan. Saking groginya ayah sempat salah. Lalu memberinya nama yang simpel, Afif. Ayah berharap dia menjadi laki-laki yang bisa menjaga diri, keluarga, agama juga bangsa.Dapat dibayangkan betapa ayah begitu bangga pada anak-anakku yang cantik dan ganteng ini.  Senyum kalian seperti cahaya rembulan dan matahari. Bahkan tangisan kalian pun seperti halilintar akan menjadi indah saja.
Usiamu saat ini tiga tahun lebih dan adikmu satu tahun lebih. Nanti katika zaman berubah dan aku, orangtuamu, tak lagi di dekatmu., mendampingimu karena telah pergi  jauh terpisah sendirian dan menunggu dengan penuh pengharapan terhadap doa-doamu berisi pengharapan kebaikan  kepada Allah Azza wa Jalla tentang nasib orangtuamu di terminal alam penantian. Pertama-tama, maafkanlah  orangtuamu ini yang mungkin telah mendidikmu dengan serba kekurangan dan kelalaian. Maafkanlah mungkin bila ayah telah lalai memperkenal Allah SWT  kepadamu, lalal dalam memberi contoh dengan keteladanan, lupa minta maaf dan berterimaksih, bahkan lalai untuk mendengar permasalahanmu. Maafkan bila hak-hakmu dalam mendapatkan nama yang baik,  pendidikan  yang lebih baik, dan untuk menikahkanmu, yang mungkin tidak sesuai dengan harapanmu.Yang ayahmu lakukan sampai saat ayah menulis ini adalah selalu berusaha membesarkan hatimu. Berusaha memberimu motivasi, dorongan. Sesekali memperkenalkan kosakata dan konsep. Mendampingimu, berusaha membelikan baju dan celana baru. Berusaha untuk bersabar bersamamu, berusaha untuk tidak membentak atau memukulmu. Berusaha untuk tidak menyakiti hatimu.

Sunday, July 17, 2011

Maher Zain Insya Allah (feat. Fadly Padi)

ketika kau tak sanggup melangkah
hilang arah dalam kesendirian
tiada mentari bagai malam yang kelam
tiada tempat untuk berlabuh
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
bertahan terus berharap
Allah selalu di sisimu
reff:
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
every time you commit one more mistake
you feel you can’t repent and that it’s way too late
you’re so confused wrong decisions you have made
haunt your mind and your heart is full of shame
but don’t despair and never lose hope
’cause Allah is always by your side
reff2:
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah you’ll find a way
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
turn to Allah He’s never far away
put your trust in Him, raise your hands and pray
oh Ya Allah tuntun langkahku di jalanmu
hanya engkaulah pelitaku
tuntun aku di jalanmu selamanya
reff3:
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah we’ll find our way
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah we’ll find our way

Wednesday, July 13, 2011

monogram di kata kosmos

Alam raya berjalan seperti apa adanya, karena ada keseimbangan. Kita manusia hidup di dunia bertahun tahun hanya untuk belajar bahwa bagaiamana agar bisa hidup seimbang. Ketika kita salah belajar, maka ketidakseimbangan akan membawa kita kepada situasi yang tidak nyaman. Untuk menjadi yang seimbang ada banyak instrumen yang membuat kita tidak nyaman. Bukan karena keseimbangan itu sendiri, tapi karena ketidakmampuan kita menyeimbangkan diri dengan keseimbangan. Mulai saat kita bangun dari tidur, sampai kita tertidur lagi, setiap detiknya seharusnya kita bisa belajar tentang keseimbangan dan berada pada posisi seimbang. Demikianlah yang membuat bumi tetap menggantung, berputar tak ada tali yang menahannya, tak ada tiang yang menyangganya, tapi sampai saat ini bumi masih berputar pada porosnya. Sampai saatnya nanti ketika ada bagian-bagian akan menjadi tidak seimbang bumi akan hancur. Tapi dalam hal menjaga keseimbangan, saat ini, bumi adalah contoh keseimbangan yang seharusnya. Dan kita manusia adalah pelajar yang paling sering gagal dalam hal belajar keseimabangan ini. Namun begitu tidak sedikit pula yang berhasil.
Kebaikan, akan muncul ketika keseimbangan ada. Tidak bisa tangan kanan berbuat baik, sementara tangan kiri berbuat jahat. Berpetuah dan memukul dua hal yang tidak bisa berkumpul. Ketika kita berpetuah tentang kebaikan, seharusnya tanpa dengan pukulan. Memukul adalah batas frustrasi wujud selain dari wujud kemarahan juga wujud ketidakmampuan kita berpetuah untuk berbuat baik dengan benar. 
Dengan mematikan lampu milik saudara kita hanya membuat sekitar kita menjadi gelap. Lampu kita sendirian  dan tak ada cahaya yang cukup untuk melihat di ruang hidup yang teramat luas. Bahwa teman dengan lampunya seterang apa dan seredup apa adalah tetap cahaya yang membuat ruang menjadi lebih terang. 
Tidak semua harapan harus menjadi kenyataan. Sebab dengan demikian akan selalu membuat kita berharap. Segalanya tidak harus menjadi pasti, karena ketidakpastian akan membuat kita lebih pasti dapat memastikan  bahwa kita selalu dapat bersabar. Ketika kita bisa bersabar mungkin detik berikutnya tidak terjadi apa-apa. Areal sabar teramat luas, tidak sempit, jaraknya jauh tidak dekat. Maka kita akan menemukan kebaikan akibat sabar kita mungkin bukan detik berikutnya, tapi sekian milyar juta detik berikutnya. Atau bahkan tidak sama sekali di sini di ruang hidup ini.
Sedangkan ketidaksabaran tearmat sempit, dekat dan dangkal. Mencelupkan tinta keburukan ke dalam gelas ketidaksabaran maka segera akan membuat seisi gelas menjadi gelap gulita.(*)