Saturday, August 27, 2011

Ayahmu padamu

Ketika suatu malam sudah di puncaknya dan aku belum mau tertidur aku menatap dua pasang mata terlelap tenggelam dalam warna warni mimpi. Tiba-tiba aku tergelitik untuk mengetik kembali kata kata ini. Mudah-mudahan suatu saat kau bisa membacanya. Sebenarnya ini pernah kutulis dalam sebuah file word yang panjang lebar dan rinci. Disimpan di my document directory C, ketika ada virus yang kejam terpaksa diinstall dan hilanglah catatan itu. 
Ketika itu usia kandungan ibumu sudah memasuki usia persalinan. Ayah mengantar ibumu bersama yang lain ke rumah sakit. Melalui perjuangan yang teramat sulit. Akhirnya ayah mulai melihat, kepalamu mulai nongol, lalu tangan, badan dan kakimu. “Perempuan..” Yah kau si gadis kecil menjadi pelengkap hidup ayah dan ibumu. Aku membacakan iqomat di telinga kirimu. Memberikan sebuah nama sederhana, Nada. Kuberharap kau menjadi embun, penyejuk mata ayah dan ibu, agama juga bangsa. Setahun lebih kemudian, Si adikmu kembali nongol. Menjadi pelengkap keluarga kecil kita. Aku bacakan adzan di telinga kirinya eh salah, seharusnya yang kanan. Saking groginya ayah sempat salah. Lalu memberinya nama yang simpel, Afif. Ayah berharap dia menjadi laki-laki yang bisa menjaga diri, keluarga, agama juga bangsa.Dapat dibayangkan betapa ayah begitu bangga pada anak-anakku yang cantik dan ganteng ini.  Senyum kalian seperti cahaya rembulan dan matahari. Bahkan tangisan kalian pun seperti halilintar akan menjadi indah saja.
Usiamu saat ini tiga tahun lebih dan adikmu satu tahun lebih. Nanti katika zaman berubah dan aku, orangtuamu, tak lagi di dekatmu., mendampingimu karena telah pergi  jauh terpisah sendirian dan menunggu dengan penuh pengharapan terhadap doa-doamu berisi pengharapan kebaikan  kepada Allah Azza wa Jalla tentang nasib orangtuamu di terminal alam penantian. Pertama-tama, maafkanlah  orangtuamu ini yang mungkin telah mendidikmu dengan serba kekurangan dan kelalaian. Maafkanlah mungkin bila ayah telah lalai memperkenal Allah SWT  kepadamu, lalal dalam memberi contoh dengan keteladanan, lupa minta maaf dan berterimaksih, bahkan lalai untuk mendengar permasalahanmu. Maafkan bila hak-hakmu dalam mendapatkan nama yang baik,  pendidikan  yang lebih baik, dan untuk menikahkanmu, yang mungkin tidak sesuai dengan harapanmu.Yang ayahmu lakukan sampai saat ayah menulis ini adalah selalu berusaha membesarkan hatimu. Berusaha memberimu motivasi, dorongan. Sesekali memperkenalkan kosakata dan konsep. Mendampingimu, berusaha membelikan baju dan celana baru. Berusaha untuk bersabar bersamamu, berusaha untuk tidak membentak atau memukulmu. Berusaha untuk tidak menyakiti hatimu.