Wednesday, October 19, 2011

Menuju Malam Pertama


Kereta itu berhenti di depan rumahnya, menunggu dengan sabar. Bahkan di terik matahari tengah hari. Tidak sedikitpun dia bergeser dan menggerutu. Ia mempersilahkan segalanya ditunaikan. Dia tidak melarang ketika salam demi salam disampaikan oleh keluarga sang penumpang. Dia tidak marah ketika matahari semakin meninggi memanggangnya. “Silahkan jangan terburu-buru”, ucapnya pelan. Hingga setelah semuanya telah selesai sang penumpang pun masuk. Tiga sampai lima orang mengawalnya. Seperti anak panah yang terlepas dari busurnya, kereta itu melesat, tak mau dihalangi. Saat ini juga sang penumpang harus segera tiba ke tujuannya. Menuju malam pertamanya di sana. Malam yang bukan seperti malam yang lalu.  Malam yang begitu buta dalam gambarannya kecuali dari cerita dan buku-buku. Dan malam ini sang penumpang akan mengalaminya sendiri. Tak ada mempelai laki-laki atau perempuan yang menemani. Betul-betul sendiri. Bahkan tak ada yang mau diajak ke sana. Karena memang tiket diperuntukkan hanya untuk satu orang. Itulah tempat terkahir dari episode persinggahan anak manusia di dunia. Namun akhir kehidupan di dunia hanyalah sebuah awal dari perjalanan hidup kita sebenarnya. Untuk melanjutkan perjalannya menuju tempat berikutnya. Adakah bekal yang bermanfaat yang dibawa guna menemani kita dalam pelayaran nantinya ? Pelayaran yang panjang dan lama. Menyenangkan atau menderita, daftarnya ada di catatan yang sempat kita tulis ketika kita singgah di sebuah tempat yang bernama dunia. Tidak ada harta secuil pun yang kita bawa kecuali harta yang sempat kita sedekahkan. Tidak ada secarik ilmu yang bermanfaat kita bawa kecuali yang kita berikan ketika di dunia. Tidak ada satu pun anak kita yang mau ikut serta kecuali do’a yang pernah kita ajarkan kepadanya.

Pencuri Maling Pencuri

Kita selalu berusaha menghindar dari makhluk yang bernama pencuri. Sosoknya disegani sekaligus dijauhi karena kelakukannya yang akan merugikan khalayak ramai. Untuk mengusir dan berwaspada dari pencuri, kita rela begadang dengan cara meronda dengan siskamling. Pencuri bagai penyakit. Sekali tertangkap basah, langsung dihakimi massal. Bahkan ada yang sampai dibakar hidup-hidup. Padahal yang dicurinya hanya seekor ayam yang terkadang karena memang kepepet karena anak istrinya yang kelaparan di rumah. Demikianlah, pencuri. Tak ada orang yang menyenanginya.
But, tanpa disadari, kita setiap hari sedang memelihara pencuri di rumah kita. Kita memasukkannya di kamar anak-anak kita. Kita mendudukkannya di ruang tengah kita. Kita terkagum-kagum dengan keberadaanya. Tanpa kehadirannya terasa hampa. Kita secara sukarela pasrah dijarah setiap hari dan kita tak sanggup berbuat apa-apa. Pencuri satu ini layak musang berbulu domba. Pencuri ini bernama Mr. Television. Ya, TV. Apa yang kita takuti dari TV ? Tak ada. Karena seperti domba bulu-bulunya hanya memberikan kedamaian dan kenyamanan. Tanpa disadari, di dalamnya ada serigala yang telah mencuri waktu-waktu berharga kita. Acara demi acara tak mampu kita memfiletrnya, semuanya menggoda dan dianggap penting. Berapa lama kita dan anak-anak kita dihanyutkan oleh pencuri waktu satu ini. TV memang bermanfaat. Dengan kotak ajaib ini kita mengetahui apa yang terjadi di belahan dunia lain. Tapi ketika kita tidak bisa memfilternya, TV menjadi merugikan. Harus ada kiat-kiat untuk bersahabat dengan TV agar ia menjadi domba betulan dan bukan jadi serigala. Jadi kalau ada pencuri yang maling televisi, pencuri maling pencuri lah namanya. Selaras dengan judulnya lagu Bang Iwan Fals, maling teriak maling. Lalu bagaimana kiat-kiat agar TV tidak menjadi pencuri alias maling? Inilah peer kita. Silahkan sharing di sini.

Friday, September 9, 2011

Batu Betulis

Sungai Kulam yang melintas di Lingkungan Batu Betulis, terlihat bening walau dalam keadaan surut. Sungai ini digunakan masyarakat sebagai jalur transportasi dengan menggunakan perahu.

Salah satu ruas jalan ke arah Batu Betulis, pada saat musim hujan akan membuat jalan menjadi licin yang akan membahayakan pemanfaat jalan ini.
Batu Betulis adalah salah satu lingkungan yang ada di Kelurahan Muara Kulam. Menuju ke Lingkungan ini, harus melewati jalan tanah sepanjanga 3 km. Ada tiga belas jembatan kayu yang menghubungkan jalan karena dipisahkan tujuh anak sungai dan enam saluran dari persawahan.

Saturday, August 27, 2011

Ayahmu padamu

Ketika suatu malam sudah di puncaknya dan aku belum mau tertidur aku menatap dua pasang mata terlelap tenggelam dalam warna warni mimpi. Tiba-tiba aku tergelitik untuk mengetik kembali kata kata ini. Mudah-mudahan suatu saat kau bisa membacanya. Sebenarnya ini pernah kutulis dalam sebuah file word yang panjang lebar dan rinci. Disimpan di my document directory C, ketika ada virus yang kejam terpaksa diinstall dan hilanglah catatan itu. 
Ketika itu usia kandungan ibumu sudah memasuki usia persalinan. Ayah mengantar ibumu bersama yang lain ke rumah sakit. Melalui perjuangan yang teramat sulit. Akhirnya ayah mulai melihat, kepalamu mulai nongol, lalu tangan, badan dan kakimu. “Perempuan..” Yah kau si gadis kecil menjadi pelengkap hidup ayah dan ibumu. Aku membacakan iqomat di telinga kirimu. Memberikan sebuah nama sederhana, Nada. Kuberharap kau menjadi embun, penyejuk mata ayah dan ibu, agama juga bangsa. Setahun lebih kemudian, Si adikmu kembali nongol. Menjadi pelengkap keluarga kecil kita. Aku bacakan adzan di telinga kirinya eh salah, seharusnya yang kanan. Saking groginya ayah sempat salah. Lalu memberinya nama yang simpel, Afif. Ayah berharap dia menjadi laki-laki yang bisa menjaga diri, keluarga, agama juga bangsa.Dapat dibayangkan betapa ayah begitu bangga pada anak-anakku yang cantik dan ganteng ini.  Senyum kalian seperti cahaya rembulan dan matahari. Bahkan tangisan kalian pun seperti halilintar akan menjadi indah saja.
Usiamu saat ini tiga tahun lebih dan adikmu satu tahun lebih. Nanti katika zaman berubah dan aku, orangtuamu, tak lagi di dekatmu., mendampingimu karena telah pergi  jauh terpisah sendirian dan menunggu dengan penuh pengharapan terhadap doa-doamu berisi pengharapan kebaikan  kepada Allah Azza wa Jalla tentang nasib orangtuamu di terminal alam penantian. Pertama-tama, maafkanlah  orangtuamu ini yang mungkin telah mendidikmu dengan serba kekurangan dan kelalaian. Maafkanlah mungkin bila ayah telah lalai memperkenal Allah SWT  kepadamu, lalal dalam memberi contoh dengan keteladanan, lupa minta maaf dan berterimaksih, bahkan lalai untuk mendengar permasalahanmu. Maafkan bila hak-hakmu dalam mendapatkan nama yang baik,  pendidikan  yang lebih baik, dan untuk menikahkanmu, yang mungkin tidak sesuai dengan harapanmu.Yang ayahmu lakukan sampai saat ayah menulis ini adalah selalu berusaha membesarkan hatimu. Berusaha memberimu motivasi, dorongan. Sesekali memperkenalkan kosakata dan konsep. Mendampingimu, berusaha membelikan baju dan celana baru. Berusaha untuk bersabar bersamamu, berusaha untuk tidak membentak atau memukulmu. Berusaha untuk tidak menyakiti hatimu.

Sunday, July 17, 2011

Maher Zain Insya Allah (feat. Fadly Padi)

ketika kau tak sanggup melangkah
hilang arah dalam kesendirian
tiada mentari bagai malam yang kelam
tiada tempat untuk berlabuh
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
bertahan terus berharap
Allah selalu di sisimu
reff:
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
every time you commit one more mistake
you feel you can’t repent and that it’s way too late
you’re so confused wrong decisions you have made
haunt your mind and your heart is full of shame
but don’t despair and never lose hope
’cause Allah is always by your side
reff2:
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah you’ll find a way
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
turn to Allah He’s never far away
put your trust in Him, raise your hands and pray
oh Ya Allah tuntun langkahku di jalanmu
hanya engkaulah pelitaku
tuntun aku di jalanmu selamanya
reff3:
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah we’ll find our way
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah we’ll find our way

Wednesday, July 13, 2011

monogram di kata kosmos

Alam raya berjalan seperti apa adanya, karena ada keseimbangan. Kita manusia hidup di dunia bertahun tahun hanya untuk belajar bahwa bagaiamana agar bisa hidup seimbang. Ketika kita salah belajar, maka ketidakseimbangan akan membawa kita kepada situasi yang tidak nyaman. Untuk menjadi yang seimbang ada banyak instrumen yang membuat kita tidak nyaman. Bukan karena keseimbangan itu sendiri, tapi karena ketidakmampuan kita menyeimbangkan diri dengan keseimbangan. Mulai saat kita bangun dari tidur, sampai kita tertidur lagi, setiap detiknya seharusnya kita bisa belajar tentang keseimbangan dan berada pada posisi seimbang. Demikianlah yang membuat bumi tetap menggantung, berputar tak ada tali yang menahannya, tak ada tiang yang menyangganya, tapi sampai saat ini bumi masih berputar pada porosnya. Sampai saatnya nanti ketika ada bagian-bagian akan menjadi tidak seimbang bumi akan hancur. Tapi dalam hal menjaga keseimbangan, saat ini, bumi adalah contoh keseimbangan yang seharusnya. Dan kita manusia adalah pelajar yang paling sering gagal dalam hal belajar keseimabangan ini. Namun begitu tidak sedikit pula yang berhasil.
Kebaikan, akan muncul ketika keseimbangan ada. Tidak bisa tangan kanan berbuat baik, sementara tangan kiri berbuat jahat. Berpetuah dan memukul dua hal yang tidak bisa berkumpul. Ketika kita berpetuah tentang kebaikan, seharusnya tanpa dengan pukulan. Memukul adalah batas frustrasi wujud selain dari wujud kemarahan juga wujud ketidakmampuan kita berpetuah untuk berbuat baik dengan benar. 
Dengan mematikan lampu milik saudara kita hanya membuat sekitar kita menjadi gelap. Lampu kita sendirian  dan tak ada cahaya yang cukup untuk melihat di ruang hidup yang teramat luas. Bahwa teman dengan lampunya seterang apa dan seredup apa adalah tetap cahaya yang membuat ruang menjadi lebih terang. 
Tidak semua harapan harus menjadi kenyataan. Sebab dengan demikian akan selalu membuat kita berharap. Segalanya tidak harus menjadi pasti, karena ketidakpastian akan membuat kita lebih pasti dapat memastikan  bahwa kita selalu dapat bersabar. Ketika kita bisa bersabar mungkin detik berikutnya tidak terjadi apa-apa. Areal sabar teramat luas, tidak sempit, jaraknya jauh tidak dekat. Maka kita akan menemukan kebaikan akibat sabar kita mungkin bukan detik berikutnya, tapi sekian milyar juta detik berikutnya. Atau bahkan tidak sama sekali di sini di ruang hidup ini.
Sedangkan ketidaksabaran tearmat sempit, dekat dan dangkal. Mencelupkan tinta keburukan ke dalam gelas ketidaksabaran maka segera akan membuat seisi gelas menjadi gelap gulita.(*) 

Thursday, July 7, 2011

Sajak Waktu


I
Seperti angin,
waktu mengarak kita pada suatu tempat,
dimana aku dan dirimu begitu dekat,
merangkai awan dan hujan dengan senyuman.
Dan panas tak membuatnya lekang,
Lalu keduanya bercerita tentang bunga, dahan
dan matahari.

II
Seperti awan,
Waktu juga berarak,
Langit gelap mengepung pekat
Tanpa serpihan cahaya
Menyimpan rembulan
dan ruas jalan
Kumenapak
Sepenuh tawakkal

III
Seperti pepohonan
waktu-waktu juga bertumbuhan
dan berjatuhan
Bunga, dahan dan dedaunan
Silih berganti
memang kehidupan
dan bumi bergerak berputar
Walau tanpa suara
Tapi cukup untuk didengar
bahwa ruang, waktu, bentuk, warna
adalah fana
07 Juli 2011

Thursday, June 2, 2011

Karang Pinggan

Ketek (Perahu kecil bermesin) adalah satu-satunya alat transportasi yang bisa digunakan untuk menuju Lingkungan Karang Pinggan, Kelurahan Muara Kulam, Kecamatan Ulu Rawas. Kebutuhan akan jalan sebagai jalur transportasi darat yang lebih murah ongkosnya dan lebih aman adalah kebutuhan yang mendesak untuk segera dilaksanakan. Ada empat lingkungan yang tergolong terisolir di Kelurahan Muara Kulam ; Batu Tulis, Karang Pinggan, Bukit Cinau, Sendawar. Jumlah Kepala Keluarga yang mendiami masing-masing lingkungan ini memang belum banyak. Berkisar 40-70. Tapi sebagai bagian dari sebuah kelurahan, lingkungan ini tidak kalah berjasa dalam memberi kontribusi menghidupkan perekonomian di sini. Karet, sawah, durian, duku, hutan dan lain-lain adalah salah satu contoh sumber daya alam yang ada di lingkungan ini. Harga BBM yang terus melonjak menyulitkan mereka dalam membuka akses diri ke luar. Sungai Kulam, sebagai sarana jalur transportasi sungai, kondisinya cukup memprihatinkan. Saat kemarau, sungai menjadi dangkal. Ini menyulitkan hubungan ke luar karena ketek akan sulit lewat karena nyangkut di batu. Kalau sungau terlalu besar pun akan kesulitan karena arusnya yang cukup deras. Beruntung masyarakat di sini sudah piawai dan terbiasa dengan kondisi alam seperti ini. Jalur sungai yang deras, batu-batuan yang banyak di dasar dan tengah sungai. Ketek-ketek kecil ini lincah menyelip di antara bebatuan yang menyembul di permukaan sungai. Arus yang deras, ketek yang terbawa arus setiap saat siap untuk menghantam batu-batu ini, bila si sopir ketek lengah atau kurang hati-hati. Orang yang sudah tua, anak-anak yang masih kecil, setiap saat sudah akrab dengan kondisi seperti ini. 
Jalur transportasi darat berupa pembukaan jalan adalah alternatif jalur transportasi yang menjanjikan. Dengan adanya jalan biayanya transport jadi murah dan waktu perjalanan jadi singkat dan aman. Usualan ini sealu diusulkan masyarakat di lingkungan ini. Tetapi selalu saja kandas karena banyak alasan. Masyarakat sudah mulai bosan dengan menunggu dan menunggu. Inisiatif untuk swadaya membuka jalan sendiri adalah uapaya yang ditunjukkan masyarakat di sini bahwa mereka betul-betul serius dan membutuhkan jalan tersebut. Jalan yang ini sudah dibuka yang sudah bisa dilewati motor mulai dari Muara Kulam sampai batu tulis. Saat ini kondisinya masih tanah dan licin bila hujan. Jaraknya sekitar tiga kilometer. Dari Batu Tulis ke Karang Pinggan sekitar lima meter, Muara Kulam ke Sendawar sekitar tiga kilometer dan jalannya juga belum ada.  Hanya lewat sungai. Kita cuma bisa berharap mudah-mudahan jalan-jalan ini secepatnya dibangun.(*)

Monday, April 11, 2011

Ceramah Ustadz Sulaiman (2) : Sholat sebagai Ar-risalah

Perempuan itu, sebut saja namanya Aminah, berprofesi sebagai tukang urut. Sebuah profesi yang memang  kalah keren dibanding dengan profesi, Jamilah, tetangganya yang memiliki profesi sebagai pegawai negeri sipil di sebuah kelurahannya. Tapi sebagai seorang Muslimah di hadapan Allah SWT Si Ibu Tukang Urut ini sepertinya lebih mulia. Apa pasal ? Ibu Aminah dan ibu Jamilah ini teman satu pengajian di masjid di kelurahan  mereka. Mereka sama-sama sholat lima waktu. Kadang-kadang terlihat sholat berjamaah di masjid. Kadang-kadang di rumah masing-masing.  Tapi yang menarik dari ibu Aminah, dia sudah mempraktekkan sholat sebagai sebuah hakikat bukan semata-mata gerakan syariat dan sholat sebagai ar-risalah atau pendidikan. Gerakan rukuk dan sujud adalah pendidikan dari Allah SWT agar sering-sering menunduk ke bawah hingga menjadi manusia yang rendah diri (hati), tidak sombong. Setidaknya ada beberapa kejadian yang dicatat oleh masyarakat sekitar mengenai kemualiaan hati Ibu Aminah ini. Salah satunya begini : Al kisah ibu Aminah naik becak, dari pasar ke rumahnya. Di tengah perjalanan dia bercerita dengan tukang becak. Sampailah tukang becak ini curhat. Intinya, tukang becak mengeluh tentang setorannya hari itu. Hasil pekerjaan seharian hanya cukup untuk makan dan setoran. "Memangnya berapa setorannya ..?" Tanya ibu Aminah. "Lima Ribu.." Jawab Tukang Becak. "Ooo.." Timpal ibu Aminah panjang. Hingga akhirnya sampai di rumah ibu Aminah, Ibu Aminah turun, menanyakan ongkosnya berapa. "Lima Ribu..." Jawab Tukang Becak. "Ini lima ribu untuk ongkos..lima ribu lagi untuk setoran kamu..." Ujar Ibu Aminah menyodorkan dua lembar lima ribuan kepada si Tukang Becak. Wajah si Tukang Becak sumringah bagai bunga yang baru merekah. Wajahnya berseri-seri bagai ketiban durian runtuh. "Wahh..tengkyu banget nek..." Ujar si Tukang Becak. Ibu Aminah. Memang cuma lima ribu, tapi bagi si Tukang Becak, ini seperti lima juta. Karena jarang-jarang ada penumpang yang berbaik hati memberi uang. Kalau yang nawar, mengurangi banyak. Ini si Ibu Aminah secara sederhana sudah mampu mempraktekkan gerakan rukuk dan sujudnya dalam sholat ke dalam kehidupan sehari-hari. Tentu kita dengan latar pendidikan, profesi, jabatan masng-masing dituntut untuk dapat mengaplikasikan hakikat sholat dalam kehidupan sehari-hari. Hingga jangan sampai kita termasuk golongan orang-orang yang celaka dalam sholatnya seperti diceritakan dalam surat al-Ma'un : 4-7 : ...Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.

Sunday, March 27, 2011

Ceramah Ustadz Sulaiman : Hakikat Shalat.

Shalat sebagai ibadah selain sebagai sebuah perilaku ritual seharusnyalah juga berdampak kepada perilaku sosial. Istilahnya, hablumminallah hablumminannas. Selain menjaga hubungan dengan  Allah swt sebagai Sang Kholik juga menjaga hubungan antar manusia agar berjalan sesuai dengan yang dikehendakiNya. Shalat harus dijalankan bukannya hanya rangkaian dengan rukun-rukunnya yang sudah disyariatkan, tetapi juga dilaksanakan dengan penuh kebermaknaan dalam khusyu'. Ada banyak kandungan hakikat yang terkandung dalam setiap gerakannya. Shalat adalah upaya kita berdialog dengan yang Maha Besar. Lebih besar dari segala yang ada di dunia. Kalau kita begitu takzim di depan penguasa di dunia, sepatutnylah kita lebih takzim kepada penguasanya para penguasa di dunia. Berdiri dengan betul, tegak menghadap wajah kepada Allah swt, berarti kita harus tegar dan konsisten, tidak mudah ragu bimbang kepada ajakan dunia yang membawa kepada keburukan. Takbir, kita mengangkat tangan dengan menghadapkan sepuluh jari ke muka, berucap Allahu Akbar, bermakna bahwa kita berserah diri dengan seluruh kelemahan kita kepadaNya. Kita baca iftitah, Kita hadapkan wajah kita kepada Allah swt, kita berjanji hidup dan mati kita hanya karena Allah swt semata. Kita baca alfatihah. Lalu rukuk kita menghadap ke bawah. Kita seperti diingatkan bahwa kita sering-sering menghadap ke bawah. Apakah sudah menyantuni anak yatim atau belum. Kalau belum berarti rukuk kita belum sempurna di hadapan Allah swt. Kita baca Subhanarobbiyal 'adzimi wa bihamdihi, tiga kali. Kita pahami maknanya kita memahasucikan dan memuji Allah swt. Disebut tiga kali karena kita ingin agar Allah swt jga mensucikan akal, rasa dan hati kita. Mensucikan akal kita yang sering nakal. Mensucikan hati kita dari iri, dengki, sombong, sering berbohong, menipu dan sebangsanya. Lalu kita sujud juga membaca tasbih. Kita cium bumi yang sudah berumur milyaran tahun ini. Lalu kita duduk antara dua sujud. Itulah hidup kita. Hidup kita di dunia ini sekarang seperti duduk antara dua sujud, sementara lalu kita sujud lagi mencium bumi. Awalnya kita berasal dari tetes yang hina. Dari sperma ayah dan sel telur ibu kita. Orang tua kita makan nasi, sayuran dan makanan lainnya yang asalnya ditanam di dalam tanah. Lalu makanan itu berubah menjadi sperma dan sel telur. Bertemu di rahim ibu jadilah kita. Kita hidup di dunia sekian lama lalu akan kembali ke dalam tanah lagi. Dikubur dan orang-orang yang kita tinggalkan menyebutnya dengan sebutan almarhum dan almarhumah. Yang dirahmati. Apa betul kita dirahmati ? Cuma sebutan di dunia. Di dihadapan Allah swt belum tentu sama sekali. (*)

Thursday, March 3, 2011

Life

Mensyukuri masih ada kehidupan, hari ini. Setiap saat setiap kesempatan, mencoba berterima kasih kepada Tuhan. Kehidupan adalah hadiah terbesar yang pernah kita terima. Kehidupan tak pernah menjanjikan apa-apa dari apa yang kita dapat lihat dan rasakan kini, bila keinginan hanya untuk menikmati dunia.  Dia hanyalah sebuah cerita nyata, kita pemainnya. Kita tahu apa yang harus kita perankan, pada kehidupan ini. Lampu, suara, warna warni. Asesoris dunia melengkapi. Kita berhak mendapatkan semuanya, dan kita wajib memanfaatkannya dengan maksimal. Inilah satu satunya kesempatan mahal, bernilai. Milyaran orang yang saat ini sudah wafat, pasti ada yang ingin sekali membeli kehidupan ini lagi. Uang yang dicari bertahun-tahun tak akan bisa membayarnya. Lalu sebab apa menyebabkab kita menyia-nyiakan barang yang teramat mahal ini ?

Jangan usir anak kita dari masjid dengan sikap kita

Seberapa banyak kanak-kanak yang kemudian berusaha menjauh dari masjid hanya karena sikap kita, orang tua, yang tanpa sadar agak berlebihan. Namanya anak-anak bermain adalah pekerjaannya. Kalau sudah berkumpul pasti rame. Dimana saja tak terkecuali di masjid.
Ada di suatu desa, saban sore masjid dipenuhi anak-anak. Terutama maghrib, sekalian belajar ngaji usai shalat maghrib. Saat menjelang shalat maghrib, anak-anak seperti sifatnya, selalu banyak main. Tapi mainnya agak teratur. Saling colek, saling ganggu di tempat wudhu tapi tidak berisik. Ngomongnya juga pelan-pelan. Kalau kita lewat di samping mereka, mereka menatap dengan tatapan yang  seperti heran, takut, segan atau sopan. Ketika saat imam mengangkat takbir memulai sholat anak-anak ini tak ada yang bersuara, rapi mengikuti imam dengan tertib. Tak ada suara berisik, ribut main-main yang berlebihan sampai mengganggu. Padahal anak-anak ini ada sekitar empat saf berbaris di belakang imam dan orang dewasa di depannya. Ya terlihat tertib. Kontras dengan anak-anak di desa satunya. Saat sholat Jum'at, orang tua sholat, anak-anaknya sibuk bermain, suaranya kencang seperti di pasar.
Kembali ke desa yang pertama, entah bagus atau tidak, ternyata semua orang dewasa yang sholat di masjid itu dibolehkan menjentik telinga anak yang didapatinya ketahuan ribut atau main-main. Anak-anak ini dipastikan tak akan melaporkan jentikan Mang Ujang kepada Bapaknya yang akan berujung baku pukul. Karena Sang bapak pasti sudah memafhuminya karena ia juga akan menjentik telinga anak Mang Ujang kalau kedapatan ribut saat mau dan sedang sholat. Tapi nampaknya cara ini efektif, buktinya kok bisa tertib begitu. Tapi boleh jadi ada sebab lain yang tak diketahui seperti guru ngajinya yang berkharisma atau yang lainnya.
Lalu di sini, Pak Aji satu ini, kayaknya sudah habis kesabarannya. Melihat anak-anak yang masih saja main-main padahal sudah waktunya sholat maghrib. "Tidak usah sholat, tidak usah sholat..kalau mau main." Di sadari atau tidak sikap seperti ini yang akan menjauhkan anak-anak dari masjid. Di samping motivasinya masih lemah, ditambah diusir  dari masjid, sangat boleh ini salah satu penyebab kita yang setelah tua sungkan datang ke sini. Bandingkan dengan Pak Aji di masjid lainnya. "Adek sholatnya jangan ribut ya..rapat-rapat..." Ujarnya lembut.
Kita harus punya cara sendiri-sendiri bagaimana agar anak-anak, generasi  kita tidak menjauh dari masjid.(*)

Tentu saja Tuhan Lebih LAyak Kita Cintai daripada Sebatang Rokok


Perokok itulah gelar yang disandang dulu. Mengenal rokok sejak kecil, dari main-main. Melihat gede (kakek) menghisap rokok pucuk (daun nipah). Kelihatannya asyik keluar asapnya ngebul dari mulut dan hidung. Bukan hanya gede, yang dilihat tapi juga bak (bapak), mamang, bahkan ada bibik-bibik yang merokok. Jadi kenyataan ini (merokok) sudah diterima sebagai sebuah aktifitas yang baik-baik saja, buktinya gede yang umurnya sudah banyak pun merokok. Herannya ketika kita coba memegang saja, sudah dibentak. “Heh.. anak kecil jangan pegang-pegang..” Oh jadi anak kecil tidak boleh pegang, kalau sudah besar boleh dong. Kalau tidak bisa dilihat mulai dengan sembunyi-sembunyi ambil rokok pucuk gede plus temakonyo (tembakaunya). Di sulut isap..puss..terbatuk-batuk..rasanya aneh, tidak enak sama sekali, tapi lucu juga ada asapnya…  Demikianlah pengenalan terhadap rokok sudah diperkenalkan sejak usia dini bahkan ketika jabang bayi masih dalam kandungan emaknya ada juga yang telah memperkenalkannya.
Hingga ketika kuliah merokok adalah aktifitas yang wajib. Bukan persoalan uang ada berapa di kantong. Yang penting bagaimana agar selalu bisa ngebul. Ibarat kereta api, tidak akan jalan kalau tidak asapnya. Saking wajibnya, rela nggak sarapan, yang penting bisa merokok.
Lalu kenapa sekarang bisa berhenti ?
Keberhasilan untuk berhenti merokok sebenarnya hasil dari akumulasi penyadaran demi penyadaran setiap saat dan kesempatan. Tidak serta merta berhenti begitu saja. Ada proses yang dilewati.
Awalnya memang ada niat untuk berhenti karena memang merokok ini memang tidak ada manfaatnya sama sekali. Kemudian mengagumi teman yang bisa berhenti merokok. “Kok bisa ?” Padahal dulu berbungukus-bungkus. Jadi ada model, idola tersendiri. Ada keinginan untuk mencontoh. Kemudian ada ungkapan kita akan mati dengan apa yang kita cintai. Lagi asyik merokok ada suara adzan. Adzan panggilan dari Tuhan untuk menyembah bukti kesyukuran dan kecintaan kepadaNya. “Tanggung masih panjang..” Sambil menyedot adzan berkumandang, sepertinya aku lebih cinta kepada rokok daripada Tuhan".  Dapat terlihat jelas kejelekan ini. Seperti dihadapkan kepada pilihan, memilih Tuhan atau setengah batang rokok. Tentu saja Tuhan tak sebanding hanya dengan setengah batang rokok. Tapi ingatan untuk tidak merokok tidaklah permanen. Setiap selesai makan tidak lengkap kalau tidak merokok. Lagi bengong sendiri, rokok adalah kawan setia. Lagi kumpul-kumpul dengan kawan perokok, kita seperti terkucil dan diledek kalau tidak merokok. Memang godaan untuk merokok teramat banyak. Tapi dicoba untuk konsisten kepada keinginan. Ketika ingat niat, tidak berpanjang-panjang mikir langsung dibuang. Buanglah apa yang dicintai sebelum yang dicintai membuang kita. Kalau kita tidak membuang rokok, kita akan dibuang oleh rokok, suatu saat. Merokok lagi, buang lagi. Itulah rumusnya. Kemudian ketika ada yang ingin berterimakasih kepada kita karena telah menolongnya dalam bentuk rokok satu bungkus. “Wah rezeki betul ini.” Tapi mencoba konsisten. Daripada mubazir lebi baik dijual saja, lumayan untuk sebungkus nasi. Tapi bolak-balik bukan kita yang merokok malah teman kita yang kita suruh merokok. Ini agak bertentangan dengan semangat berhenti merokok. Al hasil dibuanglah rokok itu. Biar agak dramatis, dibuka bungkusnya dibuang satu demi satu ke dalam selokan sampai dua belas batang. Jadi kerasa nikmatnya mencampakkan sesuatu yang tidak patut kita cintai.
Kemudian hingga tiba di akhir upaya untuk betul-betul berhenti merokok. Merek rokok kan macam-macam dari yang merakyat seperti jambu bol, yang berat kayak Djisamsu, yang ringan seperti marlboro sampai yang elit seperti cigarillos. Nah macam-macam rokok ini sebelum betul-betul berhenti kayaknya bagus untuk semua dicoba. Muncullah ide untuk mencoba semua jenis rokok. Jadi hari ini misalnya rokok GP, besok ganti rokok  Surya. Dengan catatan setelah pindah ke rokok lain, Surya, maka jangan sekali-kali merokok GP selamanya. Walaupun dikasih. Kalau Dikasih ya diambil tapi dibuang. Selesai Surya ganti GG merah. Perlakuan yang sama dengan seperti yang pertama. Terus ganti terus, dicoba semua, jarum kuning, panamas, jambu bol, dll terakhir Kansas. Setelah dirasa cukup. Semua rokok dicicip. Jadi  tak ada lagi kesempatan untuk merokok karena semua ‘diharamkan’. Hingga akhirnya betul-betul tidak cinta sama tuh yang namanya merokok. Hingga saat ini, sepuluh tahun lebih. Mudah-mudahan sampai mati.
Jadi pengalaman berhenti merokok lebih kepada pengalaman pribadi, yang boleh jadi tidak bisa diterapkan begitu saja kepada pribadi yang lain. Tapi satu yang sama bahwa niat yang konsisten mungkin yang akan sama. Masalah pengalaman, implementasi niat ini sampai berhasil akan bergantung kepada latar pribadi masing-masing. Ditunggu deh pengalaman dan sharingnnya.(*)