Sunday, December 20, 2009

Struktur PNPM MP Ulu Rawas

Pengurus UPK Kecamatan Ulu Rawas


Irawan, Annas, Nurhuda.

Pelatihan Tim Pemantau





Pelatihan Tim Monitoring Desa (TMD) atau Tim Pemantau Kegiatan PNPM MP Tahun 2009 di Kecamatan Ulu Rawas telah dilaksanakan pada Sabtu (19/12) di Kantor UPK Kecamatan Ulu Rawas.
Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan bekal kepada Tim Pemantau terkait tugasnya dalam memonitoring dan memantau pelaksanaan kegiatan PNPM MP di desa masing-masing.
“Dengan adanya Tim Pemantau ini diharapkan pelaksanaan kegiatan PNPM MP di desa akan menjadi baik dan sesuai dengan rencana.” Ujar narasumber dalam kesempatannya memberikan materi pelatihan.
Materi yang disampaikan antara lain Tupoksi Tim Monitoring Desa, Aspek pengawasan, Tehnik Monitoring, Kopnsepsi Monitoring, Tahapan Monitoring, Alat Ukur Monitoring, Teknis Monitoring dan Pelaporan Monitoring.
Pak Nurdin dari desa Sosokan mengatakan, "Kendala kami selama ini adalah, untuk mengawasi pelaksanaan di desa tak ada adanya honor yang diberikan kepada kami."
Tim Monitoring Desa (TMD) bekerja secara sukarela dan dipilih pada Musyawarah Desa III. Anggotanya terdiri dari delapan belas orang yang dibagi menjadi empat tim. Tim enam, lima, empat, tiga. Masing-masing tim mempunyi tugas berbeda. Mulai dari menyebarluaskan PNPM MP di desa, memantau administrasi, pengadaan bahan dan alat, “checkers” memeriksa bahan dan alat agar sesuai mutu dan jumlahnya dan seterusnya.

Friday, November 27, 2009

Batu Ampar



Tempat Wisata Batu Ampar terletak di desa Kuto Tanjung. Pemandangan menuju tempat wisata menakjubkan. Pohon-pohon rindang di kiri kanan menunjukkan masih alaminya hutan di sini. Sungai yang jernih, bebatuan, ikan yang besar-besar. Perpaduan alam yang sempurna. Untuk sampai ke tujuan dari pusat desa memakan waktu lebih kurang dua jam bila mengendarai ketek (perahu bermesin). Tempat wisata ini berupa hamparan batu yang cukup luas dengan posisi miring ke sungai rawas. Air dari bukit yang mengalir di hamparan batu merupakan pemandangan yang menarik. Terdapat banyak air terjun kecil, dan kolam-kolam kecil di lobang-lobang batu. Cukup menyenangkan untuk mandi di sana. Atau kalau berani dan memiliki perahu karet, bisa dengan main arung jeram di sepanjang batu sampai ke sungai Rawas yang mengalir deras di bawahnya

Thursday, October 29, 2009

Suatu Pagi di Muara Kulam...



Kabut masih menyelimuti bukit-bukit, puncaknya tak terlihat dari sini. Dingin menusuk tulang. Sementara orang-orang desa laki dan perempuan siap membawa serta perahu kesayangan menuju kebun untuk menyadap karet. Ada juga yang berjalan kaki. Membawa keranjang di pundak. Dengan semangat yang sederhana melangkah tanpa beban.
Setidaknya ada tambahan semangat baru. Di musim penghujan ini. Produksi karet menjadi berkurang karena tidak bisa disadap. Tetapi berkah lainnya, harga karet menjadi merangkak naik. Mudah-mudahan kesejahateraan petani karet kembali mulai terjamin.

Asal Usul Desa-desa di Kecamatan Ulu Rawas




Napallicin
Dulu ada sekelompok orang yang menempati suatu daerah. Mereka ini hidup sebagai petani berkebun dan berburu. Kehidupan mereka tidak menetap dan selalu berpindah-pindah.
Sekian lama berpindah-pindah mereka mulai bosan juga. Maka disepakatilah untuk membuat dusun sendiri. Di suatu tempat yang dirasa cocok, mereka mulai menebangi rimba.
Sebulan setelah penebangan itu mereka bermaksud akan membakar kayu-kayu yang sudah kering itu. Sesampainya di lokasi kayu-kayu yang bergelimpangan yang mereka tebang sebulan yang lalu sudah tidak ditempatnya lagi alias sudah lenyap laksana terbawa banjir besar, padahal jelas-jelas tak ada banjir. Namun begitu mereka merasa gembira karena tidak perlu susah-susah lagi untuk membakarnya.
Kemudian mulai dibangun rumah-rumah dan mereka mulai menetap di sana. Kampung itu mereka beri nama “Kapar” Licin. Karena saat mau dibakar kayu-kayu itu lenyap. Kapar artinya kayu-kayu yang sudah ditebang sedangkan Licin artinya bersih.
Semakin lama kampung itu mengalami kemajuan. Oleh generasi selanjutnya kemudian nama Kapar Licin dirasa kurang keren maka digantilah dengan nama Napal Licin, sampai sekarang.

Pulau Kidak
1. Durian Condong
Rakyat desa Rantau Kandis menyebar ke desa Durian Condong, kemudian menetap membentuk kelompok suku. Kemudian balik lagi ke rantau Kandis sebagian lagi merantau ke daerah Jambi.
2. Rantau Kandis
Ayam Unggas yang jantan bernama berugo, dimana ayam berugo itu mencakar atau mengais di situlah dia menetap atau berdomisili sehingga mebentuk suatu kelompok atau dusun, ayam tersebut sangat sakti kepunyaan Raden Kuning bertempat tinggal di Muara Rawas. Putri Bunga Padi orang sakti berilmu tinggi tinggal di dusun Rantau Kandis.
3. Mura Kutu
Kelompok masyarakat Rantau Kandis, menyebar lagi ke Muara Kutu kemudian berkumpul kembli ke Desa Asal yaitu Rantau Kandis. Terbgi tiga kelompok, Salah satu kelompok kepala sukunya bernama Rio Rojak. Dikarenakan kelompok pertama dan kelompok dua tidak memupunyai kepala suku maka diangkatlah kelompok suku tiga dengan musyawarah dan mufakat untuk menjadi kepala suku. Atas ide bersama-sama antara suku dan masyarakat maka terbentuklah nama baru Desa Pulau Kidak.
Pulau Kidak artinya Tidak mau dijajah. Pulau adalah desa,

Kuto Tanjung

Tersebutlah ada sebuah anak sungai yang bernama Sungai Bilik sebagai tempat persinggahan orang. Namun lama-kelamaan mulai ditinggalkan orang dan pindah ke Ranntau Usang. Hingga sekarang bekas dan lokasi Sungai Bilik tersebut masih tampak jelas, seperti parit/tembok ketinggian + 2 meter dengan panjang 300 meter keliling.
Di Rantau Usang ini, konon ada sebuah cerita, ada seorang remaja yang merantau. Lama merantau kemudian pulang ke kampung halaman dan bermaksud meminang seorang gadis yang ditkasirnya. Singkat cerita menikahlah pasangan berlainan jenis ini. Sekian lama hidup serumah seatap. Mereka muai curiga, ternyata mereka bersaudara sekandung. Lama berpisah menyebabkan mereka pangling satu sama lain. Merasa malu, mereka sepakat untuk bunuh diri, terjun ke Lubuk. Dipercayai karena cerita inilah kemudian kemudian muncul nama Kuto Tanjung. Kuto artinya Pagar, Tanjung artinya daratan yang anjlok.


Sosokan
Pada masa bangsa Indonesia dijajah oleh Jepang dan Hindia Belanda ada beberapa orang penduduk desa Muara Kulam datang ke suatu tempat yaitu tepatnya di wilayah desa sosokan sekarang. Pada mulanya mereka membuka lahan objek pertanian seperti sawah, ladang, kebun dan lain sebagainya.
Tak terasa wktu terus berlalu hingga akhirnya jumlah mereka makin bertambah banyak dan menetap seperti satu kelompok, kemudian jadilah sebuah perkampungan atau dusun yang dipimpin oleh seorang Penggawa bernama Penggawa Saleh yang ditunjuk oleh Pasirah.
Pasirah adalah merupakan jabatan pimpinan marga Ulu Rawas pada masa sebelum tahun 1980. Adapun kekuasaan wilayah marga Ulu Rawas tersebut meliputi beberapa desa yaitu mulai dari desa Pulau Lebar sampai ke Desa Kuto Tanjung.
Ketika dinobatkan Penggawa Saleh, maka dusun tersebut diberi nama dusun “Suka Merindu” dan kemudian pada tahun 1970 dusun Suka Merindu berubah status menjadi desa dan dinamakan desa Sesokan. Yang dipimpin oleh seorang kerio bernama Anangcik B hingga tahun 1980.
Pada tahun 1981 jabatan Kerio diganti dengan sebutan Kepala Desa, dan Kerio Anangcik langsung jadi Kepala Desa sampai tahun 1982. Selama kepemimpinan beliau desa Sesokan mulai berkembang dan maju secara bertahap-tahap.
Selanjutnya pada tahun 1983 dilkukan untuk pertama kali Pemilihan Kepala Desa (Pilkades). Yang terpilih adalah Syamsuddin D. Nama desa Sesokan diganti lagi menjadi Desa Sosokan sebagaimana kita kenal sekarang.
Masa bakti beliau mulai tahun 1983 – 1994, dengan kemajuan yang dicapai cukup memuaskan bagi masyarakat desa Sosokan.
Selanjutnya pada tahun 1995 jabatan kades dipangku oleh Sofian M. Nur hingga tahun 2005. Kemajuan yang dicapai juga sangat kongkrit dan berkesan.
Kemudian tahun 2006-2007 pimpinan desa dijabat oleh Kades A. Rozak beliau hanya memangku sebagai pejabat sementara (Pjs) saja, beliau juga banyak membuat kemajun.
Tahun 2008 terpilih lagi pimpinan desa Sosokan yang ke enam yaitu Kades M. Nuh Saleh dengan masa bakti tahun 2008-2012 mendatang.

Muara Kuis dan Muara Kulam
Pada waktu zaman pemerintahan Sunan Kerajaan Palembang Darussalam. Pada waktu itu, diperintah oleh Sunan yaitu Sultan Mahmud Badaruddin I. SMB I memerintahkan setiap menteri-menterinya untuk pergi ke desa-desa untuk memberinya nama. Di antaranya ada seorang menteri yang dikirim ke daerah Rejang Rawas, namanya PAti Anom. Pati Anom ini diperintah oleh Sunan masuk ke setiap dusun. Jadi, sebelum ia sendiri berangkat, terlebih dahulu menyuruh para hulubalagnya.
Pertama kali, inilah yang diperintahnya, yaiu seorang Hulubalang tua yang namanya Muning Depati Suangai Muaro. Nama aslinya Kelemadar. Dia berasal dari kerajaan MAtaram. Pertama-tama ia masuk melalui batang air Sungai Musi, Mudik sampai Muara Rawas. Selanjutnya, dia menyimpang ke kanan dan bertemu batang air yang belum ada namanya. Batang air itu, diberinya nama Sungai Serut. (Bahasa Rejangnya : A’ei Se’ut) Sesampainya di Sungai Serut itu, Depati Sungai Muaro memotong batang kayu di mura Sungai Serut. BAtang kayu itu dia potong dengan pedangnya yang bernama pedang Pabes (ajaib). Pedangnya itu sudah terkenal di Palembang, jadi disebut juga pedang Pabes.
Batang kayu itu tadi daunnya bias dimakan, bias direbus dan airnya bisa diminum. Oleh karenanya ada kaitan dengan Pedang Pabes, maka sungai tersebut dinamakan Air Abes atau Sungai Rawas.
Kemudian Pati Anom mudik, menyusul, terua sampai di dusun Muara Kulam ini. Pertama-tama sebelum sampai di dusun muara kulam, dia singgh di dusun Kuis PAti Anom membawa ayam putih. Artinya kalau ayam berkokok, disanalah tempt yang baik untuk mendirikan dusun. Apabila berkokok dengan menggaris, artinya, disanalah dia bakal membuat dusun dan disana pula dia bakal mati.
Selanjutnya Pati Anom sampai di dusun kecil yang belum ada namanya. Di sana terdapat bekas anak Sungai. Di TAnjung anak sungai itu, diberinya nama BAtang Kuis. Ayam dilepaskannya di sana dan langsung berkokok sembari menceker tanah. Di sanalah dia membuat dusun dan disanalah dia akan mati.
Nah inilah asal usul dusun Kuis sesudah ini lebih kurang dusun Kuis sudah jadi singkatnya, Pati Anom terus mudik ke setiap dusun yang lebih dahulu dikunjungi hulubalangnya untuk memberi nama.
Sampai di dusun Muara Kulam Pati Anom bertemu dengan seorang. Pati Anom bertanya kepada orang tersebut,
“Dari mana kamu ?”
Kata orang itu,
“Mencari Ulam”
“Apa yang kamu bawa?”
“Ulam”
Ulam artinya Lalap. Nama Muara Kulam, Sungai Kulam, sebab disanalah dia bertemu dengan orang yang sedang membawa daun Kayu untuk ulam atau lalap. Inilah asal usul desa Muara Kulam.

Thursday, October 1, 2009

Dana PNPM MP Ulu Rawas Tahun 2009 : 7 Sarana Prasarana, 24 Kelompok Simpan Pinjam (SPP)




Program PNPM MP di Kecamatan Ulu Rawas Tahun 2009 ini akan mendanai 7 buah kegiatan fisik dan 24 kelompok Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP). Kepastian terdanainya kegiatan-kegiatan ini diketahui setelah diadakannya musyawarah tingkat kecamatan yaitu MAD II (Penetapan Usulan) pada tanggal 31 Agustus beberapa waktu yang lalu.
Penetapan usulan ini dilakukan melalui musyawarah mufakat yang difasilitasi oleh FK, PjOK dan Camat. Tujuh kegiatan sarana prasarana itu adalah empat unit kegitan jembatan gantung di empat desa (Muara Kulam, Muara Kuis, Kuto Tanjung, Napallicin), tiga unit kegiatan jalan (Pulau Kidak, Sosokan dan Jangkat). Sedangkan kegiatan SPP yang berjumlah 24 kelompok terdapat di enam desa (Muara Kulam, Muara Kuis, Napallicin, Pulau Kidak, Sosokan dan Jangkat). Sedangkan desa Kuto Tanjung tahun ini tidak mengusulkan kegiatan SPP.

REKAPITULASI PENDANAAN HASIL MAD PENETAPAN USULAN
PNPM MP TAHUN ANGGARAN 2009
KECAMATAN ULU RAWAS KABUPATEN MUSI RAWAS

NO DESA KEG VOLUME DANA OPS 2% UPK OPS 3% TPK JUMLAH
1 JANGKAT SPP 4 Kelompok 40.000.000 842.100 1.263.200 42.105.300
2 PULAU KIDAK SPP 5 Kelompok 50.000.000 1.052.600 1.578.900 52.631.500
3 MUARA KUIS SPP 5 Kelompok 50.000.000 1.052.600 1.578.900 52.631.500
4 MUARA KULAM SPP 6 Kelompok 68.000.000 1.431.600 2.147.400 71.579.000
5 SOSOKAN SPP 4 Kelompok 40.000.000 842.100 1.263.200 42.105.300
6 NAPALLICIN SPP 1 Kelompok 10.000.000 210.500 315.800 10.526.300

SUB TOTAL ( I ) 258.000.000 5.431.500 8.147.400 271.578.900
1 KUTO TANJUNG JEMBATAN GANTUNG 81 M X 1,5 M 268.140.000 5.645.100 8.467.600 282.252.700
2 NAPALLICIN JEMBATAN GANTUNG 110 M X 1,5 M 293.301.000 6.174.800 9.262.100 308.737.900
3 SOSOKAN JALAN SETAPAK 1.180 M X 1 M 129.897.500 2.734.700 4.102.000 136.734.200
4 MUARA KULAM JEMBATAN GANTUNG 90 M X 1,5 M 276.059.500 5.811.800 8.717.700 290.589.000
5 MUARA KUIS JEMBATAN GANTUNG 75 M X 1,5 M 244.312.000 5.143.400 7.715.100 257.170.500
6 PULAU KIDAK JALAN SETAPAK 2.085 M X 1,5 M 228.862.500 4.818.100 7.227.200 240.907.800
7 JANGKAT JALAN COR BETON 750 M X 3 M 201.427.500 4.240.600 6.360.900 212.029.000
SUB TOTAL ( II ) 1.642.000.000 34.568.500 51.852.600 1.728.421.100
T O T A L ( I + II ) 1.900.000.000 40.000.000 60.000.000 2.000.000.000

Betandang

Adat kebiasaan lama yang sampai saat ini masih dipelihara di Kecamatan Ulu Rawas adalah “Betandang”. Dulu semua desa di Ulu Rawas mempraktikkan kebiasaan betandang ini. Tapi akhir-akhir ini hanya terdapat di desa paling ujung di Ulu Rawas yaitu Kuto Tanjung. Desa yang berbatasan langsung dengan Bengkulu.
Adat kebiasaan betandang ini adalah adat kebiasaan yang sering dipraktikkan oleh pasangan yang ingin mencari jodoh. Sebagai media untuk menentukan pasangan hidup.
Caranya laki-laki akan mengetok kamar si gadis di malam hari untuk betandang atau bertamu. Ketokan ini berupa kode yang sudah dikenal masing-masing pihak. Kalau perempuan setuju maka ia akan membukakan pintu. Bukan pintu depan, tapi pintu belakang tepatnya pintu dapur. Di dapur ini sang gadis menerima tamunya. Sang tamu ini harus mebawa oleh-oleh berupa apa saja yang bisa dimakan. Mulai dari makanan kecil, seperti roti sampai seekor ayam hidup. Kalau sang tamu bawa ayam berarti dia ingin makan nasi lauk ayam. Ayam pun dipotong. Keok ayam digorok di tengah malam tak akan mengejutkan tetangga–tetangga kiri kanan karena semua telah mafhum. Bila Sang tamu sudah masuk di dalam, pintu ditutup dan sang perempuan membakar kayu api di tungku. Masak nasi dan masak ayam. Setelah semua matang makanlah sang tamu. Setelah itu ngobrol. Cerita apa saja. Proses penjajagan untuk menyamakan visi dan misi. Orang tua si gadis ada di dalam, tidak tidur menunggui anaknya. Tapi tidak ikut ngobrol. Kegitan ngobrol ini biasa sampai pagi. Nah, kalau si laki-laki mampu membuat hati perempuan kelepek..kelepek.. maka sang perempuan akan memberikan kain yang dipakainya. Sebagai symbol bahwa dia mau menambatkan hatinya kepada laki-laki. Si laki-laki akan menyimpannya. Diantara mereka sudah ada ikatan, sebagai awal menuju hidup berumah tangga. Tapi kalau kain tak kunjung dilepas, berarti si perempuan masih ragu-ragu, laki-lakinya kurang meyakinkan untuk dijadikan bapaknya anak-anak.

Mendulang Emas



“Mendulang Emas”

“Mendulang emas di negeri orang …” demikian sepenggal ungkapan sering kita dengar yang bertujuan untuk menunjukkan pekerjaan yang sangat menguntungkan. Tak peduli apa pekerjaannya. Di sini, di Kecamatan Ulu Rawas, mendulang emas adalah pekerjaan dalam arti sebenarnya.
Emas yang terdapat di dalam tanah di bawah batu-batu di dasar sungai rawas yang memanjang menyusur desa, diambil dengan menggunakan batok kelapa dimasukkan ke dalam dulang. Dulang di putar di permukaan sungai untuk memisahkan tanah biasa dengan tanah hitam. Tanah hitam inilah yang dikumpulkan dimana kelopak-kelopak emas berada. Ada juga yang berbentuk gumpalan seperti kepala korek api atau lebih besar. Emas dengan kadar delapan puluh persen. Hasil mendulang ini kemudian dijual di penampung-penampung setempat. Oleh penampung-penampung ini kemudian dijual ke Jambi atau Lubuk Linggau.
Perhari emas yang didapat bervariasi kadang setengah gram, satu gram atau lebih besar lagi. Tergantung usaha dan keberuntungan.

Wednesday, September 9, 2009

Nulis

Foto Bersama


Pelatihan KPMD KEc. Ulu Rawas

Berlayar



Ketika kita berlayar, ada banyak jalur pelayaran
dengan angin penggeraknya,
Saat kita menapak, ada banyak jejak
berjalanlah dimana kaki ingin berpijak
karena persoalan adalah ketika
semua tak memahami maknanya sendiri-sendiri
hak kitalah mengenal semua nama-nama
dan kewajiban kita mengeja dan memaknainya satu persatu
tentu akan lebih banyak yang luputnya
agar kita kenal bahwa ada Yang Maha Tak Pernah Luput.

MAD III


HM Daud, S.Ip, Camat Ulu Rawas saat memeberikan pengarahan sekaligus membuka acara MAD PEnetapan Usulan, di dampingi FK dan Ketua Forum

Sunday, July 19, 2009

Kondisi Jalan di Ulu Rawas



Kondisi jalan di Kecamatan Ulu Rawas, secara umum berbatu. Harus ekstra hati-hati melewati jalan ini. Kalau tidak bisa jadi akan terpeleset dan masuk jurang...Sedang yang lainnya terdiri dari tanah yang apabila hujan akan menjadi berlumpur.

Kelurahan Muara Kulam



Kel. Muara Kulam adalah ibukota Kecamatan Ulu Rawas. Berbatasan sebelah utara dengan Jambi, selatan dengan Bengkulu, barat dengan Sosokan. timur dengan muara Kuis. Ketinggian 84 dpl. Jarak kr krcamatan 3 km, ke kabupaten 240 km, prop. 480 km negara 1.134 km.

Wednesday, July 1, 2009

Sunday, June 14, 2009

Pelatihan KPM Kecamatan Ulu Rawas, Musi Rawas



Pelatihan KPM Kecamatan Ulu Rawas telah dilaksanakan pada 9-11 Juni 2009 di Aula Pertemuan Kantor Camat Ulu Rawas. Bertinak sebagai nara sumber FK, PjOK dan FAskab Musi Rawas. MAteri Yang diberikan konsepsi PNPM MP, Tupoksi, Simulasi MMDD, Pengirisian Format dll.

Friday, June 5, 2009

Lambang Kab. Musi Rawas




Falsafah dan Tata Warna :
1.Latar belakang berwarna merah, melambangkan bahwa daerah Musi Rawas memiliki pahlawan-pahlawan yang muncul dari daerah ini.

2.Tulisan huruf cetak yang merupakan nama Daerah Musi Rawas yangberasal dari PENYATUAN dua daerah ex Kawedanan, yakni Kawedanan Musi Ulu dan Kawedanan Rawas. Meskipun keduanya mempunya dua bahasa daerah yang berbeda, yakni Bahasa Musi dan Bahasa Rawas, namun dapat saling mengerti. Warna kuning emas mencerminkan bahwa di kandungan bumi daerah Kab Musi Rawas terdapat emas yang merupakan logam mulia yang tinggi nilainya di samping bahan mineral lainnya. Falsafah dan tulisan dengan warna kuning emas di atas warna biru mengandung arti bahwa Musi Rawas terletak di daerah agraris yang subur.

3.Lukisan sebuah bukit, ialah Bukit Sulap yang terletak dalam radius Kota Lubuk Linggau yang melambangkan "suatu kemegahan" yang khas di daerah Musi Rawas, karena Bukit Sulap adalah sebuah bukit yang pandai bermain sulap, dilihat dari jauh dia tetap dekat, sedangkan warna hijau berarti subur makmur.

4.Lukisan garis-garis mendatar sebanyak 6 garis, melambangkan daerah Kab Musi Rawas terdapat 6 macam kebudayaan asli, dengan 6 bahasa berlainan, tetapi sebagian besar mereka saling mengerti, baik bahasa maupun adat dan kebiasaan masing-masing yaitu : Bahasa dan Adat Musi, Bahasa dan Adat Rawas, Bahasa dan Adat Saling, Bahasa dan Adat Rejang, Bahasa dan Adat Jawa, Bahasa dan Adat Campuran atau pendatang. Sedangkan warna putih perak bearti kesucian dan kemurnia sebagai fundamen tempat mendirikan kebenaran yang universal.

5.Lukisan batang karet melambangkan bahwa dalam sejarah perkembangan tradisional penduduk daerah Musi Rawas standar penghidupannya tergantung dari hasil perkebunan karet rakyat, sedangkan usaha tani lainnya hanya merupakan usaha sekunder. Pangkal batang karet yang berwarna hijau melambangkan kesuburan pohon, sedangkan putih adalah warna getah susu/ latex dengan mangkok dan cangkirnya.

6.Lukisan sebatang padi yang terdiri dari 20 butir padi melambangkan bahwa di Kab Musi Rawas terdapat 20 struktur pedesaan dengan kegiatan sosial dan ekonominya memberikan karakteristik wilayah-wilayah yakni 18 marga yang merupakan kesatuan wilayah dengan dusun-dusun yang berlainan serta 2 daerah yang bersekutuan adat terdiri dari beberapa kelurahan yang sederajat dengan kekerioan dalam marga dengan sumber penghidupan bertani dan bertanam padi sawah dari padi ladang. Warna kuning emas adalah keaslian warna butir-butir padi yang telah masak dpt dijumpai sepanjang musim.

7.Lukisan tangkai kapas dan kembangnya, melambangkan kandungan alam sebagai sumber kegiatan ekonomi di Kab Musi Rawas, 5 sumber alam potensial yang sekaligus melambangkan kemakmuran masyarakat dan daerah yaitu :
Karet (Perkebunan Rakyat)
Emas (Potensial)
Batu Bara (Potensial)
Minyak Bumi (Potensial)
Alumunium (Potensial)
Warna hijau dan putih daun kapas melambangkan kesuburan daerah ini dan kapas merupakan bahan benang yang asli.

8. Lukisan sungai yang membentuk setengah lingkaran dan menyatu di bagian bawahnya melambangkan Sungai Musi dan Sungai rawas yang bertemu menjadi sati di daerah Musi Ilir, dekat perbatasan dengan Musi Banyuasin yang terjkenal dengan Muara Rawas. Kesatuan nama Sungai Musi dan Sungai Rawas itulah yang menjadi sumber sejarah daerah ini menjadi Kab Musi Rawas.

Kedua sungai tersebut mengandung falsafah daerah yaitu walaupun penduduk daerah ini bermacam adat budaya dan bahasa lokal namun landasan keyakinan hidup berbangsa dan bernegara satu, yaitu Pancasila dengan pengertian tunggal yang resmi dan satu tujuan perjuangan hidup, yang menciptakan dan mewujudkan persatuan dan persekutuan daerah untuk menuju cita-cita adil, makmur dan bahagia, dalam arti jasmani dan rohani. Lambang daerah Musi Rawas telah disahkan melalui Panitia Sayembara Lambang Daerah Musi Rawas tanggal 11 Februari 1969 kemudian disahkan oleh DPRD GR Kab. Musi Rawas.

Wednesday, May 13, 2009

UPK Kecamatan Moro


UPK Kecamatan Moro terletak di Jl. PAsar Baru Kampung Tengah Timur Keluarahan Moro Kecamatan Moro. Berdiri pada bulan Juli Tahun 2007 lalu, untuk tiga tahun terakhir ini lembaga keuangan satu ini cukup diperhitungkan di Kecamatan Moro. Setidaknya UPK PNPM MP tidak bernasib sama dengan jenis-jenis pinjaman yang ada dulu-dulunya. "Macet". Itulah kata-kata klise yang selalu akrab dengan jenis kegiatan seperti ini. Ada banyak program yang menyisakan kisah-kisah bad story.
Mudah-mudahan, dengan kegiatan ekonomi Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) ini, akan merubah streotype jenis kegiatan micro finance di masyarakat Moro khususnya.
UPK Kecamatan Moro telah membina 70 kelompok dengan 647 orang pemanfaat pinjaman dengan tingkat kolektibilitas satu.

Sunday, May 10, 2009

DAMPAK POSITIF PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN DI KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Oleh : Alfiandri.S ( Fas T Kab Karimun)

Mungkin bagi para pelaku Program PNPM-MP (dulu PPK) cerita atau kisah ini bukan hal luar biasa atau mencengangkan bahkan bisa jadi ini hal yang lumrah dan sepele. Namun bukan itu yang ingin kami harapkan dalam membuat tulisan ini, paling tidak bagi kami belajar menulis sekaligus menuangkan apa yang terjadi di lapangan yang merupakan fakta menjadi sebuah tulisan yang bisa dibaca dan dikritik. Semoga tulisan singkat ini dapat berbagi pengalaman dengan rekan-rekan yang lain maupun Stake Holder di seantero Nusantara yang kita cintai. (Yang pasti rekan-rekan juga punya pengalaman )

Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 4 (empat) Kabupaten, yaitu Kab. Bintan, Lingga, Natuna dan Kab. Karimun. Sekarang sudah menjadi 5 (lima) yaitu Kab. Anambas, pemekaran dari Kabupaten Natuna yang sudah disahkan tahun 2008 ini. Masyarakat Anambas dan Kepulauan Riau menyambut gembira pemekaran ini. Dan bagi FK dan FT juga gembira karena masih ada kemungkinan penambahan Fasilitator Kabupaten sebagai peningkatan untuk naik kejenjang yang lebih tinggi.

Khusus untuk Kabupaten Karimun termasuk Istimewa dari Kabupaten lain. Untuk 3 (tiga) kabupaten yang lain bergabung dengan Program Pemberdayaan (PPK) mulai tahun 2003 PPK 2. Sementara Kabupaten Karimun mulai bergabung tahun 2007 pada PNPM-PPK. Itu pun tidak mulus seperti yang dibayangkan. Penuh lika liku dalam mencapai kesepakatan.
Program PPK pernah ditawarkan kepada Pemda Kabupaten Karimun tapi ditolak. Pada Tahun 2007 ditawarkan lagi dengan 4 Kecamatan juga ditolak. Syukur Program punya Konsultan Manajemen Provinsi yag handal. Dengan Kemampuan Fasilitasi yang tidak diragukan lagi dari KM Prov (dulu Korprov) Kepulauan Riau Ir. Santi Pangaribuan, akhirnya Pemda Kabupaten mau juga menerima Program PNPM-PPK dengan mengambil 4 Kecamatan yaitu Kec. Kundur Barat, Kundur, Kundur Utara dan Kec. Moro.
Mulailah Program PNPM-MP di Kabupaten Karimun bulan April 2007 dengan Ir. Imral Martunus sebagai Fas Kab nya( dulu KM Kab). Hanya 1 orang karena Fas T Kab ( KMT) belum ada lagi. FK 3 orang untuk 4 Kecamatan.
Sendirian Pak Imral mendayung biduk program di Kabupaten Karimun, dana DOK yang belum ada, belum ada kepastian bahwa program dimasukan dan didanai dari anggaran APBD-P Kabupaten karena tidak mungkin lagi dari APBD Murni. Tapi yang pasti Sosialisai program tetap jalan terus. Sekali layar terkembang pantang surut berbalik pulang itu kata Pak Imral. Kiranya memang, hampir program ini tidak didanai karena dalam pengajuan RKA dari Badan BPMD dan Kesbang ke BAPEDA tidak termasuk untuk Program PNPM-PPK. Mengingat proses dan pelatihan sudah berjalan dimasyarakat dan demi untuk pemberdayaan kepada masyarakat juga agar Fasilitator yang sudah dimaping tetap bisa melakukan fasilitasi di wilayah kerjanya maka difasilitasi Tim Koordinasi untuk melakukan perubahan yang sudah masuk ke BAPEDA. Perobahan itu harus mendapat persetujuan lagi dari Sekda Kabupaten. Pontang panting Faskab bersama Buk Mitrayati yang juga sebagai PjOKab melakukan perubahan dan meminta persetujuan Sekda sekaligus meyakinkan Pak Raja Usman sebagai Kepala Bapeda bahwa program ini harus dimasukan dalam APBD-P. Berkat doa,Usaha serta kebersamaan dalam tujuan pemberdayaan terdanai juga akhirnya. Pada tanggal 19 Desember 2007 keluar dana 2,1 Milyar dari Sharing daerah 70 % ke rekening UPK di 4 Kecamatan, 1 hari menjelang lebaran Idhul Adha. Saat itu Pemda Karimun masih separuh hati terhadap program PNPM-PPK.
Dari dana yang masuk ke rekening UPK, dilakukan penyaluran ke Masyarakat, baik untuk SPP maupun Prasarana. Masyarakat antusias sekali. Partisipasi cukup tinggi. Untuk memberikan informasi yang tepat dan akurat kepada Pemda bahwa dana sharing yang mereka kucurkan tidak sia-sia dan dapat dipertangjawabkan dengan bukti secara Administrasi dan bukti Fisik maka pada tanggal 11 Maret 2008, kami dari Fas Kab melakukan Loka Karya bersama Bapak Bupati dan Tim Koordinasi kabupaten Karimun. Seluruh peserta tercengang dan takjub termasuk bapak Bupati terhadap presentasi dari Satker Provinsi (TK Prov-Ir. Nasril.M), KM Prov (Ir. Santi Pangaribuan), Ir. Imral Martunus ( Fas Kab), Alfiandri ( Fas T Kab). Karena presentasi saat itu menampilkan gambar sarana prasarana yang di bangun beserta biayanya. Biaya yang tertera jauh lebih kecil dari yang selama ini dilaksanakan.
Secara spontan saat itu, Bapak Bupati Karimun meminta untuk turun ke lapangan melihat secara langsung. Apakah benar yang ada dalam presentasi sesuai dengan yang ada di lapangan. Tanggal 13 Maret 2008 jam 08.00 wib, Bapak Bupati Karimun bersama ketua Tim koordinasi didampingi Tim Koordinasi yang lain termasuk KM Prov Kepulauan Riau, Fas Kab Karimun, PjOKab dan rombongan melakukan kunjungan ke Kecamatan Moro. Saat itu hujan sangat lebat. Ombak cukup besar. Dengan menggunakan kapal Pemda, Bapak Bupati sendiri sebagai Nakhodanya mengarungi lautan dengan ombak yang menghadang. Sehingga meluncur kata-kata mutiara dari Bapak Bupati bahwa kalau mau jadi pemimpin di daerah kepulauan harus bisa juga membawa kapal agar kuat menghadapi tantangan dan rintangan.
Di lokasi PNPM Mandiri Perdesaan Bapak Bupati melakukan tanya jawab langsung dengan masyarakat tentang Proses, pendanaan, pelaksanaan dan dampak terhadap masyarakat. Bapak Bupati sangat terkesima dan heran kenapa dengan dana yang kecil dan terbatas dapat menghasilkan sebuah hasil yang sangat besar. Jauh berbeda dari yang dilakukan oleh pemda selama ini. Sebuah perbandingan yang sangat signifikan.
”Mari kita dukung program PNPM Mandiri Perdesaan ini,” kata Bapak Bupati. Kapan perlu kita contoh program ini dan kita laksanakan sendiri dari APBD Kabupaten kita. Bahkan sebagai realisasi saat ini telah dianggarkan 1,5 Milyar dari APBD-P untuk Program daerah dengan nama P2KPM ( Program Pemberdayaan Kelembagaan dan Pembangunan Masyarakat ). Dengan memberikan bantuan sebesar Rp.300 Juta/ desa/Kecamatan/Tahun. Dimana dana ini selain untuk Fisik juga ada dana bergulir yang akan tetap tinggal di desa.
Sangat berbeda sekali dari yang dihadapi selama ini. Terjadi perobahan yang sangat besar dari pemda yang apatis dan separoh hati yang pernah menolak program menjadi pemda yang sangat mendukung sekali program PNPM ini.
Salah dan khilaf tolong dimaafkan, smoga kita jumpa lagi di lain waktu. Salam Kompak selalu.
”Dari Tanjungbatu nak ke Durai
Kiri kanan pulau berjajar
Kami bukan guru bukan orang pandai
Tapi sama-sama ingin belajar"

Karimun, April 2009

Alfiandri. S
Fasilitator Teknik Kab. Karimun

Saturday, May 9, 2009

Hasil Kegiatan Fisik Tahun 2008


Hasil-hasil kegiatan fisik PNPM MP Tahun 2008 di Kecamatan Moro. Posyandu desa Jang dan Tanjung Pelanduk, MDA desa Selat Mie, Parit Beton Desa Jang, Rehab Pelabuhan Desa Sugie. Kegiatan Fisik di Kecamatan Moro untuk tahun 2008 berjumlah delapan kegiatan : Posyandu 4 unit, rehab pelabuhan, MDA 1 unit, parit beton dan batu miring.

Monday, May 4, 2009

Kliping Batam Pos





19 Kelompok Usaha Kembalikan Pinjaman
Rabu, 22 April 2009
Moro (BP) - Sebanyak 19 kelompok simpan pinjam khusus perempuan (SPP) telah mengembalikan pinjaman. Pinjaman itu merupakan bantuan begulir tahap ke II Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri pedesan tahun 2007 lalu. Nilainya Rp 200 juta lebih.
”Modal usaha kelompok SPP-PNPM Mandiri pedesaan itu akan kembali digulirkan kepada kelompok SPP untuk tahun 2009 ini,” ujar fasilitator pencairan modal kelompok SPP se Kecamatan Moro, Muhamad Yusmi kepada Batam Pos, Senin (20/4).
Sementara itu, Masni salah seorang ketua kelompok bunga mawar di Desa Pauh, Moro, kepada Batam Pos mengatakan, sangat berterima kasih kepada pemerintah pusat maupun daerah yang telah memperhatikan kelompok usaha perempuan di pedesaan.
”Melalui modal usaha simpan pinjam tersebut, usaha kami membuat home industry, bisa membuahkan hasil baik. Kami dapat mengembalikan modal pinjaman tersebut,” jelasnya. (pst)

Saturday, May 2, 2009

Pelatihan KPM

"Perlunya kekompakan..." Kata Sawira KPM Kelurahan Moro, ketika ditanya apa makna dari permainan Ice Breaking "Ular Terpanjang" pada Pelatihan KPMD/K se-Kecamatan Moro tanggal 14-16 April 2009 di Kantor UPK Kecamatan Moro beberapa waktu lalu. "Lebih percaya diri..." Timpal Amri, KPM Desa Selat Mie, "Perlu adanya terobosan..." Tambah Sitam KPM dari Desa Tanjung Pelanduk. "Menghilangkan kantuk..." Sela Suryati KPM Desa Pauh.
Permainan Ice Breaking "Ular Terpanjang" ini adalah permainan untuk menyegarkan suasana pelatihan agar tidak monoton dan menghilangkan kantuk. Dimana peserta pelatihan diminta dibagi dua kelompok. Setiap kelompok akan mengeluarkan barang-barang yang ada di badannya dan menyusunnya menjadi "ular". Siapa yang susunan barangnya yang terpanjang kelompok dialah yang menjadi pemenang.
Biasanya suasana menjadi gaduh. Semua peserta mengeluarkan yang ada di badannya. Mulai dari dompet, uang, pena, sapu tangan, korek api, hp sampai ikat pinggang.
Demikianlah seorang KPM. Dia dianggap sebagai orang yang dianggap maju satu langkah dari masyarakat desa lainnya. Harus memiliki komitmen dan tanggungjawab. Mau berswadaya menyumbangkan sesuatu yang paling sederhana sekalipun. Baik materi dan moril maupun waktu, fikiran dan tenaga.

Friday, May 1, 2009

Cerita Rakyat Desa-desa di Moro

Desa Jang
Desa jang berdiri Tahun 2 Februari 2002 Kades Pertama Eko Riswanto, S.STP.
Berturut-turut Kades yang memerintah adalah Eko Riswanto, S.STP (2004), Suwito (2005), Nurbi Bin Buntat (2006)
Desa Jang mempaunyai cerita rakyat Dahulu ada seorang panglima ingin menikahi putri Jang namun ia tidak mau. Tanpa sepengetahuan putri, panglima menyuruh penduduk masak untuk pernikahannya dengan sang putri. Ketika akad nikah akan dilaksanakan sang putri menolak. Panglima pun marah. Masakan yang sudah dimasak dibuang oleh panglima hingga berceceran sampai 225 m. Sampai saat ini lokasi tempat makanan yang dibuang tersebut hingga sekarang belum dibangun. Tak ada yang berniat membangun di lokasi tersebut padahal tempanya luas. Sedangkan batu tungku untuk masak dibuangnya ke pinggir jalan kampung baru (sekarang) dan di tepi pantai. Sehingga batu itu disebut batu Tungku. Sedang sang putri dipenggal kepalanya dan dibuang di ujung Desa Jang. Hingga sekarang disebut dengan Kepala Jang. Yaitu batu yang berbentuk kepala manusia. Sedangkan dayang-dayang sang putri disumpah menjadi kura-kura dan dimasukkan ke dalam kolam. Hingga sekarang disebut kolam kura-kura yang berada di belakang kantor desa (sekarang) Kemudian panglima pergi merantau entah kemana.

Selat Mie
Selat Mie berdiri pada tahun 1919 dengan pemimpon pertama R. Sunggoro. Berturut-turut Kades yang memerintah adalah Sapar (1967), Mustafa (1970), Rais (1977), M. Ali Majid (1992), Supriyanto (2006).
Desa Selat mie sebenarnya namanya adalah Pasir Mim karena dengan adanya Batin Sapa berjumlah 4 bersaudara : Batin Sapa, Wahab, Semaon, Tok Anjang alias Awang Sa’i. Kemudian bertemu dengan Tuan Sait alias Tuan Beranyut dan kampung tersebut diberi nama Selat Mie sampai sekarang.

Keban
Desa Keban berdiri pada tahun 1930. Berturut-turut Kades yang memerintah adalah Bakar (1935), Cik Bin H. Musa (1940-1950), Awang bin Cik (1950-1967), Mahidin Awang (1968-1992), M. Ali Gadoh (1993-…)
Desa Keban asal kata dari Kemban yang artinya mengikat/menyatukan. Di Keban ini sebagai pusat perakita/mengikat untuk membuat kolek atau sampan. Masyarakat mengikat kolek dari Pulau Bahan. Di tempat inilah masyarakat memperoleh bahan-bahan seperti papan, gading dan sebagainya untuk dirakit menjadi sebuah kolek.

Monday, April 27, 2009

Pencaiaran dana Perguliran


Sebanyak 17 kelompok Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) menerima dana SPP Perguliran Ke-II PNPM Mandiri Perdesaan Tahun 2009. Pencairan dana akan dilakukan dua tahap. Tahap pertama sebanyak 13 kelompok sebesar Rp. 265.000.000 sedangankan tahap dua sebayak 4 kelompok (daftar tunggu) sebesar Rp. 45.000.000 akan dilakukan bulan Juni. Jumlah pinjaman beraneka sesuai dengan pengajuan kelompok. Mulai dari Rp. 8.000.000 sampai dengan 42.000.000. Jumlah anggota pemanfaat dalam satu kelompok pun bermacam-macam mulai dari 5 orang sampai 20 orang. Dana ini hasil dari dana pengembalian kelompok tahun 2007 dan tahun 2008. Pinjaman akan diangsur per bulan dalam jangka waktu dua belas bulan dengan jasa pinjaman 15% pertahun atau 1,25% per bulan.
Dengan pinjaman ini diharapkan akan mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga. SPP ini khusus diberikan kepada kelompok-kelompok perempuan dengan harapan agar adanya keterlibatan kelompok perempuan dalam pembangunan ekonomi.

Sunday, April 26, 2009

MAD PERENGKINGAN PERGULIRAN - II

MAD Perengkingan dan Pendanaan Perguliran II PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Moro telah dilaksanakan pada 20/4 lalu di Gedung Sri Baiduri Moro. MAD ini diikuti oleh 17 kelompok dari tujuh desa dan kelurahan se-Kecamatan Moro.
Pada acara ini berhasil diurutkan urutan kelompok yang akan didanai pada PErguliran ke- II ini. Total besar pengajuan dari 17 Kelompok ini sebesar Rp. 310.000.000. Dana tersedia di UPK sebesar 270 juta akan disalurkan kepada 13 kelompok sesuai urutan. Sedangka 4 kelompok lainnya sebagai daftar tunggu. Jadual penyaluran akan dilaksanakan pada tanggal 28-29/4.
Daftar Kelompok PEngajuan Perguliran :
1 PKB KP-BEDAN (KEL. MORO) Rp 42,000,000 21 orang
2 AL-MUNAWAROH (KEL. MORO) 30,000,00010 Orang
3 PKK.CEMARA (KEL. MORO) 20,000,000- 5 Orang
4 SENTANU (JANG) 30,000,000 23 Orang
5 NURUL IKHSAN (JANG) 20,000,000 20 Orang
6 NUR HIDAYAH (JANG) 25,000,000 23 Orang
7 AL-HIDAYAH (SUGIE) 20,000,000 10 Orang
8 AL-NIKMAH (SUGIE) 20,000,000 10 Orang
9 ARISAN KEMUNING (SUGIE) 20,000,000 10 Orang
10 TUNAS HARAPAN (KEBAN) 10,000,000 5 Orang
11 NIRWANA (KEBAN) 10,000,000 5 Orang
12 BUNGA MEKAR (TG. PELANDUK) 20,000,000 20 Orang
13 BUNGA TANJUNG (TG. PELANDUK) 20,000,000 20 Orang
16 BINA BERSAMA (SELAT MIE) 10,000,000 5 Orang
17 BUNGA MAWAR (PAUH) 15,000,000 6 Orang
18 SRI CEMPAKA (PAUH) 8,000,00 6 Orang
19 KAMBOJA (PAUH) 10,000,000 5 Orang
20 KIAMBANG (PAUH) 10,000,000 5 Orang (*)