Thursday, October 1, 2009

Betandang

Adat kebiasaan lama yang sampai saat ini masih dipelihara di Kecamatan Ulu Rawas adalah “Betandang”. Dulu semua desa di Ulu Rawas mempraktikkan kebiasaan betandang ini. Tapi akhir-akhir ini hanya terdapat di desa paling ujung di Ulu Rawas yaitu Kuto Tanjung. Desa yang berbatasan langsung dengan Bengkulu.
Adat kebiasaan betandang ini adalah adat kebiasaan yang sering dipraktikkan oleh pasangan yang ingin mencari jodoh. Sebagai media untuk menentukan pasangan hidup.
Caranya laki-laki akan mengetok kamar si gadis di malam hari untuk betandang atau bertamu. Ketokan ini berupa kode yang sudah dikenal masing-masing pihak. Kalau perempuan setuju maka ia akan membukakan pintu. Bukan pintu depan, tapi pintu belakang tepatnya pintu dapur. Di dapur ini sang gadis menerima tamunya. Sang tamu ini harus mebawa oleh-oleh berupa apa saja yang bisa dimakan. Mulai dari makanan kecil, seperti roti sampai seekor ayam hidup. Kalau sang tamu bawa ayam berarti dia ingin makan nasi lauk ayam. Ayam pun dipotong. Keok ayam digorok di tengah malam tak akan mengejutkan tetangga–tetangga kiri kanan karena semua telah mafhum. Bila Sang tamu sudah masuk di dalam, pintu ditutup dan sang perempuan membakar kayu api di tungku. Masak nasi dan masak ayam. Setelah semua matang makanlah sang tamu. Setelah itu ngobrol. Cerita apa saja. Proses penjajagan untuk menyamakan visi dan misi. Orang tua si gadis ada di dalam, tidak tidur menunggui anaknya. Tapi tidak ikut ngobrol. Kegitan ngobrol ini biasa sampai pagi. Nah, kalau si laki-laki mampu membuat hati perempuan kelepek..kelepek.. maka sang perempuan akan memberikan kain yang dipakainya. Sebagai symbol bahwa dia mau menambatkan hatinya kepada laki-laki. Si laki-laki akan menyimpannya. Diantara mereka sudah ada ikatan, sebagai awal menuju hidup berumah tangga. Tapi kalau kain tak kunjung dilepas, berarti si perempuan masih ragu-ragu, laki-lakinya kurang meyakinkan untuk dijadikan bapaknya anak-anak.

No comments: