Wednesday, May 13, 2009

UPK Kecamatan Moro


UPK Kecamatan Moro terletak di Jl. PAsar Baru Kampung Tengah Timur Keluarahan Moro Kecamatan Moro. Berdiri pada bulan Juli Tahun 2007 lalu, untuk tiga tahun terakhir ini lembaga keuangan satu ini cukup diperhitungkan di Kecamatan Moro. Setidaknya UPK PNPM MP tidak bernasib sama dengan jenis-jenis pinjaman yang ada dulu-dulunya. "Macet". Itulah kata-kata klise yang selalu akrab dengan jenis kegiatan seperti ini. Ada banyak program yang menyisakan kisah-kisah bad story.
Mudah-mudahan, dengan kegiatan ekonomi Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) ini, akan merubah streotype jenis kegiatan micro finance di masyarakat Moro khususnya.
UPK Kecamatan Moro telah membina 70 kelompok dengan 647 orang pemanfaat pinjaman dengan tingkat kolektibilitas satu.

Sunday, May 10, 2009

DAMPAK POSITIF PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN DI KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Oleh : Alfiandri.S ( Fas T Kab Karimun)

Mungkin bagi para pelaku Program PNPM-MP (dulu PPK) cerita atau kisah ini bukan hal luar biasa atau mencengangkan bahkan bisa jadi ini hal yang lumrah dan sepele. Namun bukan itu yang ingin kami harapkan dalam membuat tulisan ini, paling tidak bagi kami belajar menulis sekaligus menuangkan apa yang terjadi di lapangan yang merupakan fakta menjadi sebuah tulisan yang bisa dibaca dan dikritik. Semoga tulisan singkat ini dapat berbagi pengalaman dengan rekan-rekan yang lain maupun Stake Holder di seantero Nusantara yang kita cintai. (Yang pasti rekan-rekan juga punya pengalaman )

Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 4 (empat) Kabupaten, yaitu Kab. Bintan, Lingga, Natuna dan Kab. Karimun. Sekarang sudah menjadi 5 (lima) yaitu Kab. Anambas, pemekaran dari Kabupaten Natuna yang sudah disahkan tahun 2008 ini. Masyarakat Anambas dan Kepulauan Riau menyambut gembira pemekaran ini. Dan bagi FK dan FT juga gembira karena masih ada kemungkinan penambahan Fasilitator Kabupaten sebagai peningkatan untuk naik kejenjang yang lebih tinggi.

Khusus untuk Kabupaten Karimun termasuk Istimewa dari Kabupaten lain. Untuk 3 (tiga) kabupaten yang lain bergabung dengan Program Pemberdayaan (PPK) mulai tahun 2003 PPK 2. Sementara Kabupaten Karimun mulai bergabung tahun 2007 pada PNPM-PPK. Itu pun tidak mulus seperti yang dibayangkan. Penuh lika liku dalam mencapai kesepakatan.
Program PPK pernah ditawarkan kepada Pemda Kabupaten Karimun tapi ditolak. Pada Tahun 2007 ditawarkan lagi dengan 4 Kecamatan juga ditolak. Syukur Program punya Konsultan Manajemen Provinsi yag handal. Dengan Kemampuan Fasilitasi yang tidak diragukan lagi dari KM Prov (dulu Korprov) Kepulauan Riau Ir. Santi Pangaribuan, akhirnya Pemda Kabupaten mau juga menerima Program PNPM-PPK dengan mengambil 4 Kecamatan yaitu Kec. Kundur Barat, Kundur, Kundur Utara dan Kec. Moro.
Mulailah Program PNPM-MP di Kabupaten Karimun bulan April 2007 dengan Ir. Imral Martunus sebagai Fas Kab nya( dulu KM Kab). Hanya 1 orang karena Fas T Kab ( KMT) belum ada lagi. FK 3 orang untuk 4 Kecamatan.
Sendirian Pak Imral mendayung biduk program di Kabupaten Karimun, dana DOK yang belum ada, belum ada kepastian bahwa program dimasukan dan didanai dari anggaran APBD-P Kabupaten karena tidak mungkin lagi dari APBD Murni. Tapi yang pasti Sosialisai program tetap jalan terus. Sekali layar terkembang pantang surut berbalik pulang itu kata Pak Imral. Kiranya memang, hampir program ini tidak didanai karena dalam pengajuan RKA dari Badan BPMD dan Kesbang ke BAPEDA tidak termasuk untuk Program PNPM-PPK. Mengingat proses dan pelatihan sudah berjalan dimasyarakat dan demi untuk pemberdayaan kepada masyarakat juga agar Fasilitator yang sudah dimaping tetap bisa melakukan fasilitasi di wilayah kerjanya maka difasilitasi Tim Koordinasi untuk melakukan perubahan yang sudah masuk ke BAPEDA. Perobahan itu harus mendapat persetujuan lagi dari Sekda Kabupaten. Pontang panting Faskab bersama Buk Mitrayati yang juga sebagai PjOKab melakukan perubahan dan meminta persetujuan Sekda sekaligus meyakinkan Pak Raja Usman sebagai Kepala Bapeda bahwa program ini harus dimasukan dalam APBD-P. Berkat doa,Usaha serta kebersamaan dalam tujuan pemberdayaan terdanai juga akhirnya. Pada tanggal 19 Desember 2007 keluar dana 2,1 Milyar dari Sharing daerah 70 % ke rekening UPK di 4 Kecamatan, 1 hari menjelang lebaran Idhul Adha. Saat itu Pemda Karimun masih separuh hati terhadap program PNPM-PPK.
Dari dana yang masuk ke rekening UPK, dilakukan penyaluran ke Masyarakat, baik untuk SPP maupun Prasarana. Masyarakat antusias sekali. Partisipasi cukup tinggi. Untuk memberikan informasi yang tepat dan akurat kepada Pemda bahwa dana sharing yang mereka kucurkan tidak sia-sia dan dapat dipertangjawabkan dengan bukti secara Administrasi dan bukti Fisik maka pada tanggal 11 Maret 2008, kami dari Fas Kab melakukan Loka Karya bersama Bapak Bupati dan Tim Koordinasi kabupaten Karimun. Seluruh peserta tercengang dan takjub termasuk bapak Bupati terhadap presentasi dari Satker Provinsi (TK Prov-Ir. Nasril.M), KM Prov (Ir. Santi Pangaribuan), Ir. Imral Martunus ( Fas Kab), Alfiandri ( Fas T Kab). Karena presentasi saat itu menampilkan gambar sarana prasarana yang di bangun beserta biayanya. Biaya yang tertera jauh lebih kecil dari yang selama ini dilaksanakan.
Secara spontan saat itu, Bapak Bupati Karimun meminta untuk turun ke lapangan melihat secara langsung. Apakah benar yang ada dalam presentasi sesuai dengan yang ada di lapangan. Tanggal 13 Maret 2008 jam 08.00 wib, Bapak Bupati Karimun bersama ketua Tim koordinasi didampingi Tim Koordinasi yang lain termasuk KM Prov Kepulauan Riau, Fas Kab Karimun, PjOKab dan rombongan melakukan kunjungan ke Kecamatan Moro. Saat itu hujan sangat lebat. Ombak cukup besar. Dengan menggunakan kapal Pemda, Bapak Bupati sendiri sebagai Nakhodanya mengarungi lautan dengan ombak yang menghadang. Sehingga meluncur kata-kata mutiara dari Bapak Bupati bahwa kalau mau jadi pemimpin di daerah kepulauan harus bisa juga membawa kapal agar kuat menghadapi tantangan dan rintangan.
Di lokasi PNPM Mandiri Perdesaan Bapak Bupati melakukan tanya jawab langsung dengan masyarakat tentang Proses, pendanaan, pelaksanaan dan dampak terhadap masyarakat. Bapak Bupati sangat terkesima dan heran kenapa dengan dana yang kecil dan terbatas dapat menghasilkan sebuah hasil yang sangat besar. Jauh berbeda dari yang dilakukan oleh pemda selama ini. Sebuah perbandingan yang sangat signifikan.
”Mari kita dukung program PNPM Mandiri Perdesaan ini,” kata Bapak Bupati. Kapan perlu kita contoh program ini dan kita laksanakan sendiri dari APBD Kabupaten kita. Bahkan sebagai realisasi saat ini telah dianggarkan 1,5 Milyar dari APBD-P untuk Program daerah dengan nama P2KPM ( Program Pemberdayaan Kelembagaan dan Pembangunan Masyarakat ). Dengan memberikan bantuan sebesar Rp.300 Juta/ desa/Kecamatan/Tahun. Dimana dana ini selain untuk Fisik juga ada dana bergulir yang akan tetap tinggal di desa.
Sangat berbeda sekali dari yang dihadapi selama ini. Terjadi perobahan yang sangat besar dari pemda yang apatis dan separoh hati yang pernah menolak program menjadi pemda yang sangat mendukung sekali program PNPM ini.
Salah dan khilaf tolong dimaafkan, smoga kita jumpa lagi di lain waktu. Salam Kompak selalu.
”Dari Tanjungbatu nak ke Durai
Kiri kanan pulau berjajar
Kami bukan guru bukan orang pandai
Tapi sama-sama ingin belajar"

Karimun, April 2009

Alfiandri. S
Fasilitator Teknik Kab. Karimun

Saturday, May 9, 2009

Hasil Kegiatan Fisik Tahun 2008


Hasil-hasil kegiatan fisik PNPM MP Tahun 2008 di Kecamatan Moro. Posyandu desa Jang dan Tanjung Pelanduk, MDA desa Selat Mie, Parit Beton Desa Jang, Rehab Pelabuhan Desa Sugie. Kegiatan Fisik di Kecamatan Moro untuk tahun 2008 berjumlah delapan kegiatan : Posyandu 4 unit, rehab pelabuhan, MDA 1 unit, parit beton dan batu miring.

Monday, May 4, 2009

Kliping Batam Pos





19 Kelompok Usaha Kembalikan Pinjaman
Rabu, 22 April 2009
Moro (BP) - Sebanyak 19 kelompok simpan pinjam khusus perempuan (SPP) telah mengembalikan pinjaman. Pinjaman itu merupakan bantuan begulir tahap ke II Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri pedesan tahun 2007 lalu. Nilainya Rp 200 juta lebih.
”Modal usaha kelompok SPP-PNPM Mandiri pedesaan itu akan kembali digulirkan kepada kelompok SPP untuk tahun 2009 ini,” ujar fasilitator pencairan modal kelompok SPP se Kecamatan Moro, Muhamad Yusmi kepada Batam Pos, Senin (20/4).
Sementara itu, Masni salah seorang ketua kelompok bunga mawar di Desa Pauh, Moro, kepada Batam Pos mengatakan, sangat berterima kasih kepada pemerintah pusat maupun daerah yang telah memperhatikan kelompok usaha perempuan di pedesaan.
”Melalui modal usaha simpan pinjam tersebut, usaha kami membuat home industry, bisa membuahkan hasil baik. Kami dapat mengembalikan modal pinjaman tersebut,” jelasnya. (pst)

Saturday, May 2, 2009

Pelatihan KPM

"Perlunya kekompakan..." Kata Sawira KPM Kelurahan Moro, ketika ditanya apa makna dari permainan Ice Breaking "Ular Terpanjang" pada Pelatihan KPMD/K se-Kecamatan Moro tanggal 14-16 April 2009 di Kantor UPK Kecamatan Moro beberapa waktu lalu. "Lebih percaya diri..." Timpal Amri, KPM Desa Selat Mie, "Perlu adanya terobosan..." Tambah Sitam KPM dari Desa Tanjung Pelanduk. "Menghilangkan kantuk..." Sela Suryati KPM Desa Pauh.
Permainan Ice Breaking "Ular Terpanjang" ini adalah permainan untuk menyegarkan suasana pelatihan agar tidak monoton dan menghilangkan kantuk. Dimana peserta pelatihan diminta dibagi dua kelompok. Setiap kelompok akan mengeluarkan barang-barang yang ada di badannya dan menyusunnya menjadi "ular". Siapa yang susunan barangnya yang terpanjang kelompok dialah yang menjadi pemenang.
Biasanya suasana menjadi gaduh. Semua peserta mengeluarkan yang ada di badannya. Mulai dari dompet, uang, pena, sapu tangan, korek api, hp sampai ikat pinggang.
Demikianlah seorang KPM. Dia dianggap sebagai orang yang dianggap maju satu langkah dari masyarakat desa lainnya. Harus memiliki komitmen dan tanggungjawab. Mau berswadaya menyumbangkan sesuatu yang paling sederhana sekalipun. Baik materi dan moril maupun waktu, fikiran dan tenaga.

Friday, May 1, 2009

Cerita Rakyat Desa-desa di Moro

Desa Jang
Desa jang berdiri Tahun 2 Februari 2002 Kades Pertama Eko Riswanto, S.STP.
Berturut-turut Kades yang memerintah adalah Eko Riswanto, S.STP (2004), Suwito (2005), Nurbi Bin Buntat (2006)
Desa Jang mempaunyai cerita rakyat Dahulu ada seorang panglima ingin menikahi putri Jang namun ia tidak mau. Tanpa sepengetahuan putri, panglima menyuruh penduduk masak untuk pernikahannya dengan sang putri. Ketika akad nikah akan dilaksanakan sang putri menolak. Panglima pun marah. Masakan yang sudah dimasak dibuang oleh panglima hingga berceceran sampai 225 m. Sampai saat ini lokasi tempat makanan yang dibuang tersebut hingga sekarang belum dibangun. Tak ada yang berniat membangun di lokasi tersebut padahal tempanya luas. Sedangkan batu tungku untuk masak dibuangnya ke pinggir jalan kampung baru (sekarang) dan di tepi pantai. Sehingga batu itu disebut batu Tungku. Sedang sang putri dipenggal kepalanya dan dibuang di ujung Desa Jang. Hingga sekarang disebut dengan Kepala Jang. Yaitu batu yang berbentuk kepala manusia. Sedangkan dayang-dayang sang putri disumpah menjadi kura-kura dan dimasukkan ke dalam kolam. Hingga sekarang disebut kolam kura-kura yang berada di belakang kantor desa (sekarang) Kemudian panglima pergi merantau entah kemana.

Selat Mie
Selat Mie berdiri pada tahun 1919 dengan pemimpon pertama R. Sunggoro. Berturut-turut Kades yang memerintah adalah Sapar (1967), Mustafa (1970), Rais (1977), M. Ali Majid (1992), Supriyanto (2006).
Desa Selat mie sebenarnya namanya adalah Pasir Mim karena dengan adanya Batin Sapa berjumlah 4 bersaudara : Batin Sapa, Wahab, Semaon, Tok Anjang alias Awang Sa’i. Kemudian bertemu dengan Tuan Sait alias Tuan Beranyut dan kampung tersebut diberi nama Selat Mie sampai sekarang.

Keban
Desa Keban berdiri pada tahun 1930. Berturut-turut Kades yang memerintah adalah Bakar (1935), Cik Bin H. Musa (1940-1950), Awang bin Cik (1950-1967), Mahidin Awang (1968-1992), M. Ali Gadoh (1993-…)
Desa Keban asal kata dari Kemban yang artinya mengikat/menyatukan. Di Keban ini sebagai pusat perakita/mengikat untuk membuat kolek atau sampan. Masyarakat mengikat kolek dari Pulau Bahan. Di tempat inilah masyarakat memperoleh bahan-bahan seperti papan, gading dan sebagainya untuk dirakit menjadi sebuah kolek.