Thursday, July 12, 2012

"Tuh ada cicak kepala dua,"

Sebuah klip iklan di tivi : Tampak sang kakak mendekati adik kecilnya yang sedang membuka bungkus kue ringan berbentuk seperti stick roll, sang kakak menyodorkan es krim ke hadapannya sambil menawarkan si adik agar mencocolkan kue keringnya ke dalam es krimnya. Setelah kue si adik mencolok ke dalam es krim, sang kakak pun berlari membawa serta kue sang adik. Sang kakak dengan riang menikmati kue sang adik yang meringis karena sadar dirinya baru saja dikerjain sang kakak.  Kejadian kecil yang terlihat lucu. Sang kakak boleh
jadi pernah diperlakukan hal yang sama oleh orang dewasa lainnya  sehingga menganggap kejadian seperti ini biasa dan mempraktekkannya kepada orang lain termasuk kepada adiknya seperti kejadian di atas. Sama persis seperti yang sering terjadi dulu ketika kita kecil. Seperti ketika kita makan bersama teman-teman atau saudara-saudara kita. Ketika makan misalnya, pura-pura kita ditunjukin sesuatu di atas. "Tuh ada cicak kepala dua," Ketika kita menoleh ke atas, ayam kita disambar saudara atau teman kita dan melahapnya dengan senang. Kejadian seperti ini lucu-lucu saja dan sudah menjadi kebiasaan kerena banyak yang terlibat menjadi senang. Yang melihat akan senang karena terlihat lucu, yang mengerjakan akan senang karena dianggap 'berakal' yang menjadi korban kadang-kadang juga "maklum" walaupun kesal. Inilah mungkin yang menjadi inspirasi oleh pembuat iklan produk makanan ringan seperti di atas. Tapi disadari atau tidak, sepertinya, budaya atau kebiasaan kecil di atas bisa jadi menjadi kebiasaan lain yang muncul dalam bentuk yang lain ketika sang anak menjadi dewasa. Ketika dewasa kita akan menjadi biasa atau senang ketika mengambil hak orang lain. Kita akan merasa bangga sekali kalau kita bisa memperoleh sesuatu dari orang lain dengan cara mengerjai, mengakali atau menipu orang lain. Kita akan biasa-biasa saja menikmati sesuatu bukan hak kita. Ini juga karena situasi dan kondisi memaklumi perbuatan kita. Dan ini kita lakukan karena bisa jadi kita juga pernah diperlakukan oleh orang lain kepada kita sehingga perbuatan kita menjadi 'syah' karena kita menganggapnya sebagai balas dendam. Jangan-jangan perilaku kecil di atas inilah yang menjadi pemicu negeri ini kolaps karena disibukkan oleh urusan banyaknya orang-orang dewasa yang tertangkap tangan yang mengerjai teman-teman dan saudara-saudaranya.

No comments: